macam-macam masalah reproduksi





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejaktera fisik, mental dan social secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi. ( Azwar,2001).
Setiap bulan, secara periodic, seseorang wanita normal mengalami mentruasi. Di dalam mentruasi, terkadang disertai nyeri haid (Disminore). Disminore adalah nyeri haid yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit tumbul akibat kontraksi disritmik miomentrium yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari ringan sampai berat pada perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spamodik pada sisi medial paha. (Nurmasitoh, 2008).
Dahulu, wanita yang menderita nyeri haid hanya bias menyembunyikan rasa sakitnya tanpa mengetahui apa yang harus dilakukannya dan kemana ia harus mengadu. Keadaan itu diperburuk oleh orang di sekitar mereka yang menganggap bahwa nyeri haid adalah rasa sakit yang dibuat-buat oleh wanita bahkan beberapa orang menganggap bahwa wanita yang menderita nyeri haid hanyalah wanita yang mencari perhatian atau kurang diperhatikan. Anggapan seperti ini sudah mulai hilang beberapa tahun yang lalu. Sekarang baru di ketahui bahwa nyeri haid adalah konisi medis yang nyata yang diderita wanita.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep Penyakit Menular Seksual?
2.      Bagaimana konsep Infeksi Saluran Reproduksi?
3.      Bagaimana konsep Gangguan Menstruasi?
4.      Bagaimana konsep Gangguan Kehamilan?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui Penyakit Menular Seksual
2.      Untuk mengetahui Infeksi Saluran Reproduksi
3.      Untuk mengetahui Gangguan Menstruasi
4.      Untuk mengetahui Gangguan Kehamilan



























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Penyakit Menular Seksual
1.      Pengertian penyakit menular seksual
Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga venereal, berasal dari kata venus, yaitu dewi cinta dari romawi kuno. Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan dengan berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan seksual yang sebelumnya telah terjangkit salah satu penyakit ini. (Ajen Dianawati, 2003).

2.      Jenis-jenis penyakit menular seksual
a.      Penyakit Menular Seksual Yang Disebabkan Oleh Organisme dan Bakteri
1)      HIV
HIV adalah singkatan dari Human immunodeficiency Virus. Infeksi akut dilaporkan dapat menyebabkan suatu sindrom menyerupai mononucleosis dengan gejala demam, malaise, nyeri otot, nyeri kepala, kelelahan, ruam generalisata, sakit tenggorokan, limfadenopati, dan lesi mukokutan yang khas.
Salah satu kesulitan mengenali infeksi Human Immunideficiency Virus (HIV)adalah masa laten tanpa gejala lama, antara 2 bulan hingga 5 tahun. Umur rata-rata saat diagnosis infeksi Human Immunideficiency Virus (HIV) ditegakkan adalah 35 tahun. (Benson and Pernoll, 2009). HIV dalam tubuh manusia hanya berada di sel darah putih tertentu yaitu sel T4 yang terdapat pada cairan tubuh.
2)      Gonorea
Gonorea merupakan penyakit menular yang paling sering di jumpai di berbagai Negara yang lebih maju. Rerata di Negara-negara ini adalah 5-10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Negara yang kurang maju. (Linda, 2008). N. Gonorrhea terbaik hidup pada udara yang mengandung 2-10 % CO2, dengan suhu 35oC, dan Ph optimum 7,2-7,6. N. Gonorrhea dapat beradaptasi dengan keadaan mukosa yang basah, membelah diri dengan cepat, menghasilkan keradangan yang eksudatif, dan juga dapat masuk kealiran darah.
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ seks dan organ kemih. Selain itu akan menyerang selaput lendir mulut, mata, anus, dan beberapa bagian organ tubuh lainnya. Bakteri yang membawa penyakit ini dinamakan gonococcus. Kokus gram negative yang menyebabkan penyakit ini yaitu Neisseria Gonorrhoeae. (Ajen Dianawati, 2003)
3)      Sifilis
Sifilis dikenal juga dengan sebutan “raja singa”. Penyakit ini sangat berbahaya. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunaan barang-barang dari seseorang yang tertular (seperti baju, handuk, dan jarum suntik). Penyebab timbulnya penyakit ini adalah kuman treponema pallidum. Kuman ini menyerang organ-organ penting tubuh lainnya seperti selaput lendir, anus, bibir, lidah dan mulut. (Ajen Dianawati, 2003)
Gejala umum yang timbul pada sifilis yaitu adanya luka atau koreng, jumlah biasanya satu, bulat atau, lonjong, dasar bersih, teraba kenyal sampai keras, tidak ada rasa nyeri pada penekanan. Kelenjar getah bening di lipat paha bagian dalam membesar, kenyal, juga tidak nyeri pada penekanan. (Depkes RI, 2008)
4)      Vaginitis
Vaginitis adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi atau peradangan vagina. Vaginitis biasanya ditandai dengan adanya cairan berbau kurang enak yang keluar dari vagina. Gejala lain adalah gatal atau iritasi di daerah kemaluan dan perih sewaktu kencing. Beberapa kasus vaginitis disebabkan oleh reaksi alergi atau kepekaan terhadap bahan kimia. Umumnya disebabkan oleh kuman yang ditularkan secara seksual atau yang tadinya menetap di vagina dan menjadi ganas karena gangguan keseimbangan di dalam vagina (Hutapea, 2003).


5)      Klamidia
Klamidia berasal dari kata Chlamydia, sejenis organisme mikroskopik yang dapat menyebabkan infeksi pada leher rahim, saluran indung telur, dan dan saluran kencing. Gejala yang banyak dijumpai pada penderita penyakit ini adalah keluarnya cairan dari vagina yang berwarna kuning, disertai rasa panas seperti terbakar ketika kencing. Karena organisme ini dapat menetap selama bertahun-tahun dalam tubuh seseorang. Ia juga akan merusak organ reproduksi penderita dengan atau tanpa merasakan gejala apa pun. (Ajen Dianawati, 2003)
6)      Candidiasis
Merupakan infeksi pada muara dan saluran vagina yang paling sering terjadi oleh karena sejenis ragi. Pada kenyataannya kuman Candida Albicans ini hidup pada selaput lendir dari sebagian besar orang yang sehat dan tentunya merupakan kuman yang umum ditemukan dalam vagina. Sebutan nama candida sebagai penyakit menular seksual masih baru, namun demikian semakin bertambah bukti adanya penularan melalui hubungan seks. (Rosari, 2006)
Penyakit ini biasa juga disebut sebagai infeksi ragi. Sebenarnya, dalam vagina terdapat berjuta-juta ragi. Meskipun tidak akan menimbulkan masalah, karena ragi berkembang terlalu pesat, dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan infeksi. Gejala yang dapat terlihat pada perempuan adalah keluarnya cairan kental berwarna putih disertai dengan pembengkakan dan gatal-gatal pada vagina. Pada laki-laki, infeksi ini dapat menyebabkan rasa panas, seperti terbakar dan gatal pada saluran kencingnya. (Ajen Dianawati, 2003)
7)      Chancroid
Penyakit ini diawali dengan benjolan-benjolan kecil yang muncul disekitar genetalia atau anus, 4-5 hari setelah kontak dengan penderita. Benjolan itu akhirnya akan terbuka dan mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap. Borok chancroid pada pria biasanya sangat menyakitkan, sedangkan pada wanita tidak menimbulkan rasa sakit (Rosari, 2006)
Chancroid adalah sejenis bakteri yang menyerang kulit kelamin dan menyebabkan luka kecil bernanah. Jika luka ini pecah, bakteri akan menjalar kearah pubik dan kelamin. (Ajen Dianawati, 2003)
8)      Granula inguinale
Penyakit ini sama dengan chancroid, yaitu disebabkan oleh bakteri. Bagian yang terserang biasanya permukaan kulit penis, bibir vagina, klitoris, dan anus, akan berubah membentuk jaringan berisi cairan yang mengeluarkan bau tidak sedap selanjutnya akan terjadi pembesaran yang bersifat permanen atau terlihat sesekali pada penis, klitoris, dan kandung pelir. Penderita bisa kehilangan berat badan, kemudian meninggal dunia. Penyakit ini tidak memperlihatkan gejala-gejala awal, Memasuki masa 3 bulan, barulah terlihat adanya infeksi yang sangat berbahaya dan dapat ditularkan kepada orang lain. (Ajen Dianawati, 2003)

b.      Penyakit Menular Seksual Yang Disebabkan Oleh Virus
1)      Herpes
Herpes termasuk jenis penyakit biasa, disebabkan oleh virus herpes simpleks. Virus herpes terbagi 2 macam, yaitu herpes 1 dan herpes 2. Perbedaan diantaranya adalah kebagian mana virus tersebut menyerang. Herpes 1 menyerang dan menginfeksi bagian mulut dan bibir, sedangkar herpes 2 atau disebut genital herpes menyerang dan menginfeksi bagian seksual (penis atau vagina). (Ajen Dianawati, 2003)
Virus herpes ini tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat diobati. Obat yang biasa diberikan untuk genital herpes adalah Acyclovir. Karena cara kerjanya menetap dalam system saraf tubuh, virus tersebut tidak dapat disembuhkan atau dihilangkan selama-lamanya. (Ajen Dianawati, 2003)
2)      Viral Hepatitis
Terdapat sejumlah jenis radang hati atau hepatitis. Penyebabnya adalah virus dan sering ditularkan secara seksual. Jenis yang terutama adalah hepatitis A, B, C dan D. (Hutapea, 2003).
3)      Lymphogranuloma venereum
Penyakit ini biasa disingkat LGV, disebabkan oleh virus dan dapat mempengaruhi seluruh organ tubuh. Penyakit ini sangat berbahaya karena antibiotic tidak dapat menanggulanginya. Gejala awalnya berupa luka kecil yang tidak biasa terjadi di sekitar organ seksual selama 3 minggu. Dua minggu kemudian, luka tersebut membengkak sebesar telur yang menyebar di bagian pangkal paha. Perubahan lain yang timbul akan semakin bertambah parah seperti penderita akan mengalami kelumpuhan jika infeksi mulai menyebar melalui kelenjar getah bening (pangkal paha) menuju anus. (Ajen Dianawati, 2003)
c.       Penyakit Menular Seksual Yang Disebabkan Oleh Parasit
1)      Trichomoniasis
Trichomoniasis atau trich adalah suatu infeksi vagina yang disebabkan oleh suatu parasit atau suatu protozoa (hewan bersel tunggal) yang disebut trichomonas vaginalis. Gejalanya meliputi perasaan gatal dan terbakar di daerah kemaluan, disertai dengan keluarnya cairan berwarna putih seperti busa atau juga kuning kehijauan yang berbau busuk. Sewaktu bersetubuh atau kencing sering terasa agak nyeri di vagina. Namun sekitar 50% dari wanita yang mengidapnya tidak menunjukkan gejala apa-apa
2)      Pediculosis
Pediculosis adalah terdapatnya kutu pada bulu-bulu di daerah kemaluan. Kutu pubis ini diberi julukan crabs karena bentuknya yang mirip kepiting seperti di bawah mikroskop. Parasit ini juga dapat dilihat dengan mata telanjang. Parasit ini menempel pada rambut dan dapat hidup dengan cara mengisap darah, sehingga menimbulkan gatal-gatal. Masa hidupnya singkat, hanya sekitar satu bulan. Tetapi kutu ini dapat tumbuh subur dan bertelur berkali-kali sebelum mati (Hutapea, 2003).

B.     Infeksi Saluran Reproduksi
1.      Pengertian
Infeksi saluran reproduksi (ISR) adalah masuk dan berkembangbiaknya kumanpenyebab infeksi kedalam saluran reproduksi. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa bakteri, jamur, virus dan parasit.
Perempuan lebih mudah terkena ISR dibandingkan laki-laki, karena saluran reproduksi perempuan lebih dekat ke anus dan saluran kencing. ISR pada perempuan juga sering tidak diketahui, karena gejalanya kurang jelas dibandingkan laki-laki.

2.      Gejala
a.       Gejala umum
1)      Rasa sakit atau gatal di kelamin
2)      Muncul benjolan, bintik atau luka disekitar kelamin
3)      Keluar cairan yang tidak biasa dan bau dari alat kelamin
4)      Terjadinya pembengkakan di pangkal paha
b.      GEJALA PADA PEREMPUAN
1)      Dampaknya lebih serius dan sulit didiagnosa karena umumnya asimptomatik
2)      Keluar cairan yang tidak biasa dan berbau tidak enak dari alat kelamin
3)      Keluar darah bukan pada masa haid
4)      Sakit pada saat berhubungan seks
5)      Rasa sakit pada perut bagian bawah
Menjadi beban tersembunyi bagi perempuan karena merasa bersalah dan malu berobat

3.      Jenis-jenis IMS – ISR
Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) adalah terminologi umum yang digunakan untuk tiga jenis infeksi pada saluran reproduksi:
a.       ISR endogen adalah jenis ISR yang paling umum di dunia. Timbul akibat pertumbuhan tidak normal, organisme yang seharusnya tumbuh normal didalam vagina, antara lain vaginosis bakteri dan kandidiasis yang mudah disembuhkan.
b.      ISR iatrogenik atau yang berhubungan dengan prosedur medis adalah infeksi yang disebabkan masuknya mikroorganisme kedalam saluran reproduksi melalui prosedur medis yang kurang atau tidak steril, antara lain induksi haid, aborsi, pemasangan AKDR, peristiwa persalinan atau apabila infeksi sudah ada dalam slauran reproduksi bagian bawah menyebar melalui mulut rahim hingga ke saluran reproduksi bagian atas. Gejala yang mungkin timbul, antara lain rasa sakit disekitar panggul, demam tinggi secara tiba-tiba, menggigil, haid tidak teratur, cairan vagina yang tidak normal dan timbul rasa sakit saat berhubungan seksual.
c.       PMS adalah sebagian ditularkan melalui hubungan seksual dengan pasangan yang telah terinfeksi.

4.      Faktor rIsiko terjadinya IMS pada seseorang :
a.       Adanya Duh tubuh pada mitra seksual
b.      Umur <21 tahun
c.       >1pasangan seksual
d.      Pasangan seksual baru 3 bulan terakhir
e.       Belum menikah
f.       Pernah seks anal
g.      Pernah berhubungan seksual dengan PSK tanpa pelindung
h.      Pernah berhubungan seksual dengan ODHA
i.        Riwayat menderita ulkus kelamin,GO

5.      Akibat ISR
Akibat ISR Pada perempuan dapat menyebabkan kehamilan diluar kandungan, kemandulan, kanker leher rahim, meningkatkan resiko HIV, kelainan pada janin (BBLR, infeksi bawaan sejak lahir, bayi lahir mati dan bayi lahir belum cukup umur).
Dampak negatif ISR sangat serius, terutama bagi perempuan, antara lain (Buzsa, 1999):
a.       Komplikasi kehamilan
b.      Penyakit Radang Panggul (PRP) yang dapat berkem-bang dan menyebabkan kemandulan, kehamilan di luar kandungan, serta rasa sakit yang berkepan-jangan.
c.       Meningkatkan risiko penularan HIV.
d.      Banyak ISR yang gejala dan tanda-tandanya tidak dirasakan, terutama pada perempuan, hingga ter-lambat untuk menghin-dari kerusakan pada organ reproduksi.
e.       30-70% kasus Human Papilloma Virus (HPV) berakhir dengan kanker mulut rahim (serviks) yang merupakan kanker ter-banyak yang ditemukan pada perempuan, yaitu 370.000 kasus baru tiap tahunnya, dan 80% di antaranya di negara berkembang.
ISR dan berbagai penyakit yang ditimbulkannya tidak hanya berpengaruh terhadapkesehatan tetapi juga tingkat produktivitas dan kualitas hidup perempuan maupun laki-laki, yang pada akhirnya seluruh masyarakat.
ISR tidak seperti infeksi lainnya, mereka sangat lekat dengan stigma dan merefleksikan adanya ketidaksetaraan antara perempuan dan laki-laki.

6.      Pencegahan ISR
a.       Mencegah infeksi baru dengan memutus jalur penularannya
b.      ISR endogen dapat dicegah melalui peningkatan kebersihan individu, peningkatan akses pada pelayanan kesehatan yang bermutu, promosi, mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan
c.       ISR iatrogenik dapat dicegah melalui sterilisasi peralatan medis yang digunakan, skrining atau pengobatan terhadap ISR sebelum melaksanakan prosedur medis.
d.      PMS dapat dicegah dengan menghindari hubungan seksual atau dengan melakukan hubungan seksual yang aman (monogami dan penggunaan kondom yang benar dan konsisten

C.    Gangguan Menstruasi
Kelainan menstruasi adalah masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus menstruasi, menyebabkan nyeri, perdarahan yang tidak biasa yang lebih banyak atau sedikit, terlambatnya menarche atau hilangnya siklus menstruasi tertentu. Kelainan haid sering menimbulkan kecemasan pada wanita karena kehawatiran akan pengaruh kelainan haid terhadap kesuburan dan kesehatan wanita pada umumnya.
Kelainan haid biasanya terjadi karena ketidak seimbangan hormon-hormon yang mengatur haid, namun dapat juga disebabkan oleh kondisi medis lainnya. Banyaknya terbuka, dan tekanan intravaskular. Lamanya pedarahan ditentukan oleh daya penyembuhan luka atau daya regenerasi. Daya regenerasi berkurang pada infeksi, mioma, polip dan pada karsinoma.
1.      Dismenore
a.       Pengertian
Dismenore adalah menstruasi yang nyeri disebabkan oleh kejang otot uterus.
b.      Klasifikasi dismenore:
1)      Dismenore primer
Dismenore primer biasanya terjadi akibat adanya kelainan pada gangguan fisik yang mendasarinya, sebagian besar dialami oleh wanita yang telah mendapatkan haid.
Lokasi nyeri dapat terjadi di daerah suprapubik, terasa tajam, menusuk, terasa diremas, atau sangat sakit. Biasanya terjadi terbatas pada daerah perut bagian bawah, tapi dapat menjalar sampai daerah paha dan pinggang. Selain rasa nyeri, dapat disertai dengan gejala sistematik, yaitu berupa mual, diare, sakit kepala, dan gangguan emosional.

2)      Dismenore sekunder
Biasanya terjadi selama 2-3 hari selama siklus dan wanita yang mengalami dismenore sekunder ini biasanya mempunyai siklus haid yang tidak teratur atau tidak normal. Pemeriksaan dengan laparaskopi sangat diperlukan untuk menemukan penyebab jeias dismenore sekunder ini.
c.       Etiologi
1)      Dismenore primer
Banyak teori yang telah ditemukan untuk menerangkan penyebab terjadi dismenore primer, tapi meskipun demikian patofisiologisnya belum jelas. Etiologi dismenore primer di antaranya:
a)      Faktor psikologis
Biasanya terjadinya pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, mempunyai ambang nyeri yang rendah, sehingga dengan sedikit rangsangan nyeri, maka ia akan sangat merasa kesakitan.
b)      Faktor endokrin
Pada umumya nyeri haid ini dihubungkan dengan kontraksi uterus yang tidak bagus. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pengaruh hormonal. Pengkatan produksi prostaglandin akan menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga menimbulkan nyeri.
c)      Alergi
Teori ini dikemukakan setelah memerhatikan hubungan antara asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migren, asma bronkial, namun bagaimana pun belum dapat dibuktikan mekanismenya.
2)      Dismenore sekunder
a)          Faktor konstitusi seperti: anemia.
b)          Faktor seperti obstruksi kanalis servikalis.
c)          Anomali uterus kongenital.
d)         Leiomioma submukosa.
e)          Endometriosis dan adenomiosis.



d.      Gejala Klinis
Gejala klinis dismenore yang sering ditemukan adalah:
1)        Nyeri tidak lama timbul sebelum atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa jam atau lebih.
2)        Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit, kepala, diare, dan sebagainya.
e.       Komplikasi
1)        Syok.
2)        Penurunan kesadaran.
f.       Penatalaksanaan Medis
Terapi medis untuk klien dismenore di antaranya:
1)        Pemberian obat analgetik.
2)        Terapi hormonal.
3)        Terapi dengan obat nonsteroid antiprostagladin.
4)        Dilatasi kanalis serviksalis.
5)        Dapat memberikan keringanan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostagladin di dalamnya.

2.      Sindrom Premenstruasi
a.       Definisi
Premenstruasi sindrom (premenstrual syndrome atau premenstrual tension-PMS) adalah gabungan dari gejala fisik dan atau fisiologis yang biasanya terjadi mulai beberapa hari sampai satu minggu sebelum haid dan menghilang setelah haid datang.
b.      Etiologi
Etiologi PMS tidak jelas, tetapi ada beberapa faktor yang memegang peranan, yaitu sebagai berikut.
1)        Ketidakseimbangan antara estrogen dan progesteron, retensi air dan natrium, serta penambahan berat badan, sehingga terjadi defisial luteal dan pengurangan produksi estrogen.
2)        Faktor kejiwaan, biasanya wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal akan mudah mengalami gejala ini.


c.       Gejala
Gejala premenstruasi sindrom yang sering ditemui adalah sebagai berikut.
1)        Gejala somatik
a)      Perut kembung.
b)      Jerawat.
c)      Mamae membesar.
d)     Nyeri.
e)      Konstipasi atau diare.
f)       Sakit kepala.
g)      Edema perifer.
h)      Berat badan bertambah.
2)        Gejala emosional dan mental
a)      Kecemasan.
b)      Perubahan libido,
c)      Letih, lelah.
d)     Depresi dan mudah panik.
e)      Insomania.
f)       Mudah tersinggung.
d.      Penatalaksanaan Medis
1)        Untuk mengurangi retensi natrium dan cairan, maka selama 7-10 hari sebelum haid penggunaan garam dibatasi dan ininum sehari-hari dikurangi.
2)        Pemberian obat diuretik.
3)        Progesteron sintetik dapat diberikan selama 8-10 hari sebelum haid untuk mengimbangi kelebihan relatif dari estrogen.
4)        Pemberian testoteron dalam bentuk methiltestosteron dapat diberikan dalam mengurangi kelebihan estrogen.

3.      Hipermenorea (menoragia)
a.       Definisi
Menoragia adalah perdarahan lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari) dengan kehilangan darah lebih dari 80-100 ml (Sarwono, 2002).

b.      Etiologi dan Faktor Risiko
1)        Gangguan hormon estrogen yang akan menyebabkan pertumbuhan endonietirum. Akibatnya terjadi peluruhan jaringan endometrium abnormal dan sekali-kali akan menyebabkan perdarahan yang memanjang dan peluruhan yang tidak teratur.
2)        Anovulasi, yaitu kegagalan pelepasan ovarium atau produksi telur yang matang menyebabkan 90% dari perdarahan uterus yang tidak normal ini terjadi pada wanita saat dan akhir masa produktif. Anovulasi ini menyebabkan pola menstruasi yang bervariasi, perdarahan yang lebih berat, atau yang lebih ringan dari biasanya. Anovulasi ini disebabkan oleh hal-hal berikut ini.
a)      Sekresi estrogen berlebihan terjadi gagal berovulasi akan menyebabkan
tidak terbentuknya korpus luteum yang akan memproduksi progesteron
untukperubahan sekresi endometriun. Sekresi estrogen berlebih awalnya
akan menyebabkan hiperplasia adenomatus, hiperplasia atipical, dan akhirnya adenokarsinoma.
b)      Anovulasi juga disebabkan oleh adenoma putiitari yang memproduksi proklaktin berlebihan dan mengganggu kelenjar hipotalamus.
c)      Sindrom polikista ovarium bisa menyebabkan anovulasi karena berhubungan dengan sekresi gonadotropin yang tidak normal dan aktivitas androgen yang berlebihan.
d)     Perdarahan berat bisa terjadi karena penggunaan alat kontrasepsi.
e)      Infeksi berat bisa menyebabkan perdarahan yang berat karena terganggunya mekanisme pengumpulan darah, perokok, dan radang serviks merupakan risiko infeksi serviks.
f)       Penyebab organik seperti luka uterus, termasuk letomioma, polip, hiperplasia endometrial, danrnaligna.
g)      Obat-obatan.


c.       Manifestasi Klinis
Tanda-tanda dan gejala-gejala termasuk haid tidak teratur, ketegangan menstruasi yang terus meningkat, darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada payudara, menopause dini, rasa tidak nyaman pada abdomen, dispepsia, tekanan pada pelvis, dan sering berkemih.
Gejala-gejala ini biasanya samar, tetapi setiap wanita dengan gejala-gejala gastrointestinal dan tanpa diagnosis yang diketahui harus dievaluasi dengan menduga kanker ovarium. Flatulenes dan rasa penuh setelah memakan makanan kecil dan lingkar abdomen yang terus meningkat merupakan gejala-gejala signifikan. Kombinasi dari dua isyarat utama.
1)        Riwayat disfungsi ovarium jangka panjang.
2)        Gejala-gejala gastrointestinal samar, tak terdiagnosis menetap.
Hal ini harus menyadarkan perawat terhadap kemungkinan malignasi ovarium dini. Setiap ovarium yang teraba pada wanita telah melewati masa menopouse biasanya diperiksa karena ovarium menyusut setelah menopause. Tahap-tahap kanker ovarium.
         Tahap I     : Pertumbuhan terbatas pada ovarium.
         Tahap II   : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan perluasan pelvis.
         Tahap III  : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastasis di luar pelvis atau nodus inguinal atau retroperitoneal positif.
         Tahap IV  : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh.
Pengaruh tumor ovarium terhadap kehamilan dan persalinan.
1)        Tumor yang besar dapat menghambat pertumbuhan janin, sehingga menyebabkan abortus, partus, dan partus prematurus.
2)        Tumor yang bertangkai karena perbesaran uterus atau pengecilan uterus partus: terjadi torsi dan menyebabkan rasa nyeri, nekrosis, dan infeksi yang disebut abdomen akut.
3)        Tumor kistik dapat pecah karena trauma luar atau trauma persalinan.
4)        Tumor besar dan berlokasi di bawah dapat menghalangi persalinan.
d.      Gejala Klinis
1)          Perdarahan haid lebih dari 80-100 ml
2)          Lamanya haid lebih dari 8 hari.
Komplikasi yang biasa terjadi adalah syok hipovolemik
e.       Pengobatan
Sesuai penyebab, misalnya menoragia pada mioma uterus, maka bergantung pada penanganan mioma uterus.

4.      Hipomenorea
Hipomenorea ialah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Penyebabnya terdapat pada konstitusi penderita, pada uterus (misalnya sesudah miomektomi), pada gangguan endokrin dan lain-lain. Hipomenorea tidak mengganggu fertilitas.

5.      Polimenorea
Pada polimenoria siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari). Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa. Polimenoria dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atu menjadi pendek masa luteal. Sebab lain yaitu kongesti ovarium karena peradangan endometriosis dan sebagainya.

6.      Oligomenorea
Oligomenoria yaitu siklus haid lebih dari 35 hari dan kurang dari 3 bulan, jika lebih dari 3 bulan disebut amenorea. Perdarahan pada oligomenoria biasanya berkurang.
Oligomenorea dan amenorea sering kali mempunyai dasar yang sama, perbedaannya terletak dalam tingkat. Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu, dan fertilitas cukup baik. Siklus haid biasanya ovulator dengan masa proliferasi lebih panjang dari biasa.

7.      Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak ada haid untuk sediktnya 3 bulan berturut-turut. Amenorea dibagi menjadi dua yaitu amenorea primer dan sekunder. Disebut amenorea primer jika seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah haid, sedangkan amenorea sekunder terjadi pada wanita yang telah mendapatkan haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi.
Amenorea primer umumnya memiliki sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk di ketahui, seperti kelainan-kelainan congenital dan genetik. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk pada sebab-sebab yang muncul kemudian dalam kehidupan wanita seperti gangguan gizi, gagguan metabolism, tumor, penyakit infeksi dan lain-lain.
Istilah kriptomera menunjuk pada keadaan dimana tidak tampak adanya haid karena darah tidak keluar karena ada yang menghalangi, misalnya pada ginatresia himenalis, penutupan kanalis servikalis dan lain-lain.
Ada pula yang dinamakan amenorea fisiologik, yakni yang terdapat dalam masa sebelum pubertas, masa kehamilan, masa laktasi dan sesudah momopous.
Penyebab amenorea
a.         Gangguan organic pusat
Sebab organic: tumor, radang, destruksi
b.         Gangguan kejiwaan
1)      Syok emosional
2)      Psikosis
3)      Anoreksia nervosa
4)      Pseudosiesis
c.       Gangguan poros hipotalamus-hipofisis
1)      Sindrom amenorea-galaktorea
2)      Sindrom stein-leventhal
3)      Amenorea hipotalamik
d.      Gangguan hipofisis
1)      Sindrom Sheehan dan penyakit simmonds
2)      Tumor
a)      Adenoma basofil (penyakit cushing)
b)      Adenoma asidopil (akromegali, gigantisme)
c)      Adenoma kromofob (sindrom forbes-albright)
e.       Gangguan gonad
1)      Kelainan congenital
a)        Disgenesis ovarii (sindrom turner)
b)        Sindrom testicular feminization
2)      Menopause premature
3)      The insensitive ovary
4)      Penghentian fungsi ovarium karena oprasi, radiasi, radang dsb
5)      Tumor sel granulose, sel teka, sel hilus, adrenal, arenoblastoma
f.       Gangguan glandula suprarenalis
1)      Sindrom aderenogenital
2)      Sindrom cushing
3)      Sindrom Adinson
g.      Gangguan glandula tiroidea
Hipotiroidi, hipertiroidi, kretinisme
h.      Gangguan pancreas
Diabetes mellitus
i.        Gangguan uterus, vagina
1)      Aplasia dan hipoplasia uteri
2)      Sindrom Asherman
3)      Endometritis tuberkulosa
4)      Histerektomi
5)      Aplasia vaginae
j.        Penyakit-penyakit umum
1)      Gangguan gizi
2)      Obesitas
3)      Dll

D.    Gangguan Kehamilan
1.      Komplikasi-Komplikasi Sebagai Akibat Langsung Kehamilan
a.      Gestosis
1)      Hiperemesis Gravidarum
  Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga mengganggu pekerjaan sehari hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada kehamilan trismeter 1, kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu.sekitar 60-80% multigravida mengalami mual muntah, namun gejala ini terjadi lebih berat hanya pada 1 diantara 1.000 kehamilan (Mitayani, 2009:40).
  Etiologi
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun diduga dipengarui oleh berbagai faktor berikut ini:
-          Faktor presdisposisi seperti primigravida, molahidatidosa, dan kehamilan ganda.
-          Faktor organik seperti alergi masuknya vilikhorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolic akibat kehamilan,dan resistensi ibu yang menurun.
-          Faktor psikologis
  Patofisiologi
Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar estrogen yang meningkat dalam darah sehingga mempengarui sitem pencernaan, tetapi mual muntah yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi,hiponatremia, hipokloromia, serta penurunan klorida urine yang selanjutnya mengakibatkan hemokosentrasi yang mengurangi perfusi darah kejaringan dan menyebabkan tertimbunya zat toksik.
Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna, sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar.Selaput lendir esophagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory-weiss),sehingga terjadi pendarahan gastrointestinal (Mitayani, 2009:40-41).
  Penatalaksanaan
-          Ibu diisolasi di dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara yang baik. Kalori diberiakan secara perenteral dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehahri.
-          Diuresis selalu dikontrol untuk keseimbangan cairan.
-          Bila selama 24 jam ibu tidak muntah, coba berikan makan dan minum sedikit demi sedikit.
-          Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital.
-          Pada keadaan lebih berat, diberikan antiemetic seperti metoklopramid, disiklomin hidroklorida, atau klopromazin.
-          Berikan terapi psikologis yang meyakinkan ibu bahwa penyakitnya bias disembuhkan serta menghilangkan perasaan takut akan kehamilan dan konflik yang melatarbelakangi hiperemasis (Mitayani,2009:40-41).

2)      Preeklampsia-eklampsia
  Pengertian Pre Eklamsi dan Eklamsi
Pre Eklamsi dan Eklamsi adalah : Merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan masa nifas yang terdiri dari tanda trias yaitu : hipertensi, proteinuria, dan odema yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma.pada ibu, namun hal tersebut tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya.(Muchtar. 1998. hal. 272-273 ).
Pre eklamsi dan eklamsi adalah penyakit hipertensi yang khas dalam kehamilan, dengan gejala utama penyakit hipertensi yang akut pada wanita hamil dan dalam masa nifas. Pada tingkat tanpa kejang disebut pre eklamsia dan pada tingkat dengan kejang disebut eklamsi (Djamhoer. 2005.hal. 68).
Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa pre eklamsi dan eklamsi merupakan merupakan penyakit yang dapat timbul pada saat kehamilan.
  Etiologi
Faktor pencetusnya adalah : Jumlah usia ibu diatas 35 tahun. Distensi rahim berlebihan pada primigravida, kehamilan kembar atau hamil mola, Penyakit yang menyertai kehamilan seperti diabetes mellitus, dan kegemukan.
  Gejala Klinis
Kenaikan tekanan darah, Odema kaki, tangan sampai muka, Terjadi gejala
subjektif : Kenaikan tekanan darah, Penglihatan kabur, Nyeri pada epigastium, Sesak nafas, Berkurangnya urin, Penurunan kesadaran ibu hamil sampai koma, Terjadinya kejang.
  Komplikasi
-          Komplikasi pada ibu: Lidah tergigit, Terjadi perlukaan dan fraktur, Gangguan pernafasan, Perdarahan otak, Solusio plasenta, Merangsang persalinan.
-          Komplikasi pada janin: Kematian bayi dalam kandungan (KJDK), Lahir prematur.

b.      Perdarahan dalam kehamilan
Perdarahan Hamil Muda
1)      Abortus
  Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Murray,2002).
  Etiologi
-          Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi : kelaina kromosom, lingkungan nidasi kurang sempurna, dan pengaruh luar.
-          Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis, dan HIV.
-          Abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks berlebihan, robekan serviks, dan retroversion uterus.
-          Kelainan plasenta.
  Klasifikasi
-          Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, saat hasil konsepsi masih dalam uterus tanpa adanya dilatasi serviks.
-          Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uterus yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
-          Abortus inkompletus adalah pengeliaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih adanya sisa yang tertinggal dalam uterus.
-          Abortus kompletus adalan abortus yang hasil konsepsinya sudah dikeluarkan.
-          Abortus servikalis adalah keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uterus ekternum yang tidak membuka, sehinga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis uterus menjadi besar, kurang lebih bundar dengan dinding.
-          Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
-          Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dengan frekuensi lebih dari 3 kali.
-          Abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
  Manifestasi klinis
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan rasa perut nyeri bagian bawah.
  Penatalaksanaan
Ibu hamil sebaiknya segera menemui dokter apabila perdarahan terjadi selama kehamilan. Ibu harus istirahat total dan di anjurkan untuk relaksasi. Tetapi intravena atau transfusi darah dapat dilakukan bila diperlukan. Pada kasus aborsi inkomplet diusahakan untuk mengosongkan uterus melalui pembedahan. Begitu juga dengan kasus missed abortion jika janin tidak keluar spontan. Jika penyebabnya adalah infeksi, evakuasi isi uterus sebaiknya ditunda sampai dapat penyebab yang pasti untuk memulai terapi antibiotik (Mitayani, 2009:22-23).

2)      Mola Hidatidosa
  Definisi
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan (Moctar, Rustam, dkk, 1998:238 dalam Sujiatini,2009).
Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik villi dan perubahan hidropik. Hamil anggur atau mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumot jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan “bakal janin” sehingga terbentuk jaringan permukaan membrane (villi) mirip gelombolan buah anggur (Sujiatini,2009).
  Etiologi
-          Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
-          Imunoselektif dari tropobalast.
-          Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi.
-          Kekurangan protein.
-          Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas (Moctar, Rustam, 1998: 238 dalam Sujiyatini,2009).
  Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
-          Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.
-          Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Ada beberapa teori yang dianjurkan untuk menerangkan pathogenesis dari penyakit trofoblast : teori missed abortion. Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Teori neoplasma dari park. Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsobsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Studi dari hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat dari akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tidak adanya embrio komlpit pada minggu ke tiga dan kelima. Adanya sirkulasi maternal yang terus-menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berpoliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan (Silvia, Wilson, 2000:467 dalam Sujiatini, 2009).
  Gambaran klinik
-          Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
-          Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
-          Perbesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
-          Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ sekalipun uterus membesar setinggi pusat atau lebih.
-          Preekalmsia atau eklamsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu (Mansjoer, Arif, dkk, 2001:266 dalam sujiyatini, 2009).
  Penatalaksanaan Medik
-          Penanganan yang biasa dilakukan pada pasien mola hidatidosa adalah : Diagnosis dini kan menguntungkan prognosis.
-          Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis dini akan menguntungkan prognosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan evaluasi klinik dengan focus pada : a.Riwayat haid terakhir dan kehamilan, b.Perdarahan tidak teratus atau spotting, c.Perbesaran abnormal uterus, d.Perlunakan servik dan korpus uteri. Kaji uji kehamilan dengan pengenceran urin, pastikan tidak ada janin (Ballotement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis.
-          Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.
-          Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau pervorasi uterus).
-          Lakukan pengmatan lanjut hingga minimal 1 tahun (Sujiatini, 2009:8-9).

3)      Kehamilan Ektopik
  Definisi
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar cavum uterus. Implantasi dapat terjadi dituba falopi, ovarium, serviks, dan abdomen. Namun kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba falopi (Murria,2002).
  Etiologi
-          Faktor dalam lumen tuba : endosalfingitis, hipoplasia lumen tuba.
-          Faktor dinding lumen tuba : endometriosis tuba, diventrikel tuba congenital.
-          Faktor di luar dinding lumen tuba : perlengketan pada tuba, tumor.
-          Faktor lain : migrasi ovarium, fertilisasi in vitro.
  Manifestasi klinik
-          Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu tidak khas. Pada umumnya ibu menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda dan mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vagina, uterus membesar dan lembek, walaupun mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan bimanual.
-          Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda dari perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapat gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosisnya.
-          Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitas yang kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan ibu pingsan dan masuk dalam syok.
-          Perdarahan per vaginam merupakan salah satu tanda penting yang kedua pada kehamilan ektopik tergamggu (KET). Hal ini menunjukkan kematian janin.
-          Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik. Lamanya amenore bergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi (Mitayani, 2009:30).


  Penatalaksanaan
-          Kondisi ibu pada saat itu
-          Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
-          Lokasi kehamilan ektopik.
-          Kondisi anatomis organ pelvis.
-          Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
-          Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba Atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apabila kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpigektomi. Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belim pecah biasanya ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan (Mitayani, 2009:29-31).

Perdarahan Hamil Tua
1)      Plasenta Previa
  Pengertian
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang abnormal: yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruhnya pembukaan jalan lahir (Mochtar.1998. Hal. 269). Plasenta Previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian atau seluruhnya ostium uteri internumn (prae = didepan, vias=jalan) (Djamhoer. 2005. hal. 83).
Dari beberapa defenisi diatas dapat diketahui bahwa plasenta previa merupakan plasenta yang berimplantasi pada tempat yang tidak normal.
  Etiologi
Faktor pencetusnya adalah : Pada primigravida hamil diatas usia 35 tahun (usia tua). Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang. Adanya tumor seperti mioma uteri dan polip endometrium. Kadang-kadang pada ibu yang malnutrisi.

  Gejala Klinis
Sifat perdarahan tanpa sebab, tanpa nyeri, dan terjadi secara berulang. Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis. Perdarahan pervaginam dari encer sampai menggumpal (Muchtar. 1998. hal. 272-273 ).
  Komplikasi
Komplikasi pada ibu adalah : Letak janin tidak normal, sehingga menyebabkan partus akan menjadi patologik, Perdarahan sampai syok, Infeksi karena perdarahan yang banyak, Robekan-robek jalan lahir.
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin adalah : Bayi prematur atau mati (KJDK), (Muchtar.1998. hal. 272-273 ).

2)      Solusio Plasenta
  Pengertian
Solusio plasenta adalah: pemisahan plasenta yang berimplantasi pada tempat yang normal kebanyakan dan terjadi pada trimester ke III, juga bisa terjadi pada setiap waktu setelah kehamilan 20 minggu (Danfourt. 2002. hal. 274).
Solusio plasenta adalah: pelepasan sebagian atau seluruhnya plasenta dari tempatnya berimplantasi sebelum anak lahir (Chalik. 1998. hal. 110). Solusio plasenta adalah: suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu.
Istilah lain dari solusio plasenta adalah ablation plasentae, abruption plasentae, accidental hemorrhage dan premature separation of the normali implated placent (Mochtar. 1998. hal. 297).
Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa solusio plasenta merupakan lepasnya plasenta dari tempatnya yang normal dan pelepasan terjadi pada saat janin belum lahir.
  Etiologi
Faktor pencetus predisposisi terjadinya adalah: Hamil pada pada usia tua diatas 35 tahun, Mempunyai tekanan darah tinggi., Bersamaan dengan terjadinya pre eklamsia dan eklamsia., Dan trauma langsung lainya., Tali pusat yang pendek (Hanifa. 1999. hal. 377).
  Gejala klinisnya adalah:
Perdarahan dengan rasa sakit, Perut terasa tegang, Gerakan janin berkurang/tidak terasa lagi bergerak, Pada palpasi gerakan janin sulit diraba., Auskultasi jantung janin (-) / tidak terdengar, Dinding perut sakit, Pada pemeriksaan dalam, ketuban tegang dan menonjol,Uterus terjadi ganguan kontraksi dan atonia uteri (Manuaba. 1998. hal. 256-260).
  Komplikasi
Komplikasi pada ibu : Perdarahan dapat menimbulkan : Variasi turunya tekanan darah sampai keadaan syok. Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita yang anenis bahkan sampai syok. Keadaan bervariasi dari baik sampai koma, Gangguan pembekuan darah dapat menimbulkan : Masuknya tromboplastin kedalam sirkulasi darah yang menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan disertai hemolisis. Terjadi penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan darah. Oliguria terjadi sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang, perdarahan postpartum, Pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah kedalam otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri. Kegagalan pembekuan darah dapat menambah beratnya perdarahan.
Komplikasi pada janin yang dikandung adalah : Perdarahan yang tertimbun dibelakang plasenta dapat mengganggu sirkulasi darah janin, sehingga dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat, juga dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan (Manuaba. 1998. hal. 261-262).



c.       Kelainan dalam lamanya kehamilan
a)      Partus Prematurus
  Pengertian
Firmansyah (2006) mengatakan partus prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259 hari dihitung dari hari terakhir haid ibu. Menurut Mochtar (1998) partus prematurus yaitu persalinan pada kehamilan 28 sampai 37 minggu, berat badan lahir 1000 sampai 2500 gram. Partus prematurus adalah persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir antara 500 sampai 2499 gram (Sastrawinata, 2003). Sedangkan menurut Manuaba (1998) partus prematurus adalah persalinan yang terjadi di bawah umur kehamilan 37 minggu dengan perkiraan berat janin kurang dari 2.500 gram.
Jadi dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Partus Prematurus adalah persalinan yang terjadi pada saat usia kehamilan ibu 20 sampai 37 minggu dengan berat badan bayi kurang dari 2500 gram.
  Pencegahan
-          Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur
-          Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan preterm.
-          Memberikan nasehat tentang gizi saat kehamilan, meningkatkan pengertian KB-interval, memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan sgera melakukan konsultasi, menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara dini penyakit ibu dapat diketahui dan diawasi / diobati.
-          Meningkatakan keadaan sosial – ekonomi keluarga dan kesehatan lingkungan (Manuaba, 1998).

b)     Partus Serotinus
  Pengertian
Menurut Manuaba (1998), kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu dan belum terjadi persalinan. Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari Hari Pertama haid terakhir. Menurut Parwirohardjo (2005), kehamilan lewat waktu atau post term adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu. Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu.
  Etiologi : Etiologi belum diketahui secara pasti namun faktor yang dikemukaan adalah hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain seperti herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu (Rustam, 1998).
  Patofisiologi Serotinus :Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim ( Manuaba, 1998).
  Tanda dan gejala tidak terlalu dirasakan, hanya dilihat dari tuanya kehamilan. Biasanya terjadi pada masyarakat di pedesaan yang lupa akan hari pertama haid terakhir. Bila tanggal hari pertama haid terakhir di catat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar, namun bila wanita hamil lupa atau tidak tahu, hal ini akan sukar memastikan diagnosis. Pada pemeriksaan USG dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban (Muchtar, 1998).

d.      Kehamilan Ganda
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kejadian kehamilan ganda dipengaruhi oleh faktor keturunan, umur dan paritas.
Gejala dan tanda: Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tuanya kehamilan, gerakan janin dirasakan lebih banyak, uterus terasa lebih cepat membesar, pada palpasi bagian kecil teraba lebih banyak, teraba ada 3 bagian besar janin, teraba ada 2 bollatmen, terdengar 2 denyut jantung janin.
Penanganan dalam kehamilan: Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan mencegah komplikasi yang timbul, periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah.

e.       Ketuban Pecah Dini
      1.      Definisi
Ketuban pecah dini atau spontaneous/early premature of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu atau sebelum terdapat tanda persalinan yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan sebelum pembukaan 5 cm.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu 1 jam belum dimulai  tanda persalinan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan sebelum pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan multi para kurang dari 5 cm atau sebelum tanda-tanda persalinan.
2.      Etiologi
Penyebab dari ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti. Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multi factorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
a.       Serviks inkompeten
b.      Ketegangan Rahim berlebihan : kehamilan ganda , hidroamnion
c.       Kelainan letak janin dalam Rahim : letak sungsang, letak lintang
d.      Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP
e.       Selaput bawaan dari selaput ketuban
f.       Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban sehingga memudahkan ketuban pecah
g.      Sebab primer : adanya pertumbuhan amnion yang kurang baik
h.      Sebab skunder : misalnya pada ketuban pecah dini (PROM : premature of the membrane)

3.      Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis KPD adalah :
a.       Perut ibu kelihatan kurang membesar.
b.      Ibu merasa nyeri diperut pada setiap pergerakan anak.
c.       Persalinan lebih lama dari biasanya.
d.      Sewaktu HIS akan terasa sakit sekali.

4.      Patogenesis
Pada kehamilan trimester III selaput ketuban amnion terdiri dari sel selapis, sedangkan selaput korion lebih tebal dari 4-6 sel,lapisan basal diantaranya selaput amnion dengan korion. Makin tua usia kehamilan semakin besar tekanan pada selaput ketuban, tekanan pada permukaan janin besar daripada tekanan pada permukaan uterus. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi, bila pembukaan serviks,maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah. Ketuban pecah dini belum diketahui penyebabnya yang jelas sampai saat ini, ada hubungannya dengan ha-hal berikutnya :
a.       Adanya hiper mortilitas Rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
b.      Ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
c.       Infeksi (amnionitis/khorioamnionitis)
d.      Faktor-faktor predisposisi seperti : multipara,dll
5.      Komplikasi yang timbul
                          Komplikasi yang paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Resiko infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini. Semua ibu hamil dengan ketuban pecah dini prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat dapat terjadi pada ketuban pecah dini.



6.      Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensial. Oleh karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Memberikan profilaksis dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Disamping itu makin kecil umur hamil, makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memicu terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg.
Sebagai gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai berikut :
a.    Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
b.   Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
c.    Dengan perkiraan janin yang sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
d.   Pada umum kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup, perlu di pertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan dengan kemungkinan janin tidak dapat di selamatkan.
e.    Pemeriksaan yang penting dilakukan USG untuk mengukur distansia biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan, pemeriksaan kematangan paru melalui perbandingan L/S.

7.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada ibu hamil adalah :
a.       Pemeriksaan leukosit darah, bila > 15.10³ /mm³, kemungkinan ada infeksi
b.      USG: membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta, serta jumlah air ketuban.
c.       Nilai bunyi jantung, dengan stetoskope laenec atau dengan foetalphone.

2.      Penyakit Dan Kelainan Yang Tidak Langsung Berhubungan Dengan Kehamilan
a.      Anemia
Adalah kekurangan darah yang dapat menganggu kesehatan ibu pada saat proses persalinan (BKKBN, 2003, p.24). Kondisi ibu hamil dengan kadar Hemoglobinkurang dari 11 g% pada trimester 1 dan 3 dan <10,5 g % pada trimester 2. Anemia dapat menimbulkan dampak buruk terhadap ibu maupun janin, seperti infeksi, partus prematurus, abortus, kematian janin, cacat bawaan (Prawirohardjo, 2008, p. 281).
Gejala dan tanda: Pusing, rasa lemah, kulit pucat, mudah pingsan, sementara tensi masih dalam batas normal perlu dicurigai anemia defisiensi. Secara klinik dapat dilihat tubuh yang malnutrisi dan pucat (MIMS Bidan, 2008/2009)
Penanganan umum: Kekurangan darah merah ini harus dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan diberi suplemen zat besi, pemberian kalori 300 kalori/hari dan suplemen besi sebanyak 60 mg/hari kiranya cukup mencegah anemia (Maulana, 2008, p. 187).
b.      Malaria
Malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman (plasmodium) dapat mengakibatkan anemia dan dapat menyebabkan keguguran.
Gejala dan tanda: Demam, anemia, hipoglikemia, edema paru akut dan malaria berat lainnya.
Penanganan: Dengan pemberian obat kemoprofiksis jenis klorokuin dengan dosis 300 mg/minggu.


c.       TBC paru
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru, sehingga dapat menyebabkan perubahan pada sistem pernafasan.
Gejala dan tanda: Batuk menahun, batuk darah dan kurus kering.
Penanganan: Ibu hamil dengan proses aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan wanita hamil lainnya pada pemeriksaan antenatal.
Penderita dengan proses aktif, apalagi dengan batuk darah, sebaiknya dirawat di rumah sakit dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah penularan, untuk menjamin istirahat dan makanan yang cukup, serta pengobatan yang intensif dan teratur. (Mansjoer, 2001, p. 287).
d.      Penyakit jantung
Bila ibu hamil mempunyai penyakit jantung harus ekstra hati-hati. Jangan sampai terlalu kecapaian dan jaga kenaikan berat badan agar beban kerja jantung bisa berkurang.
Gejala dan tanda: Cepat merasa lelah, jantungnya berdebar-debar, sesak napas apabila disertai sianosis (kebiruan), edema tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda, dan mengeluh tentang bertambah besarnya rahim yang tidak sesuai.
e.       Diabetes mellitus
Diabetes merupakan suatu penyakit dimana tubuh tidak menghasilkan insulin dalam jumlah cukup, atau sebaliknya, tubuh kurang mampu menggunakan insulin secara maksimal. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas, yang berfungsi mensuplai glukosa dari darah ke sel-sel tubuh untuk dipergunakan sebagai bahan bakar tubuh.
Gejala dan tanda: Pada masa awal kehamilan, dapat mengakibatkan bayi mengalami cacat bawaan, berat badan berlebihan, lahir mati, dan gangguan kesehatan lainnya seperti gawat napas, hipoglikemia (kadar gula darah kurang dari normal), dan sakit kuning.
Penanganan: Menjaga agar kadar glukosa darah tetap normal, ibu hamil harus memperhatikan makanan, berolahraga secara teratur, serta menjalani pengobatan sesuai kondisi penyakit pada penderita penyakit ini. (Prawirohardjo, 2008, p. 290).

f.       Infeksi menular seksual pada kehamilan
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dengan pasangan yang menderita penyakit tersebut (Sjaiful, 2008, p. 921).

Comments

Popular Posts