makalah STROKE
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit yang
sering dijumpai di bidang Ilmu Penyakit Syaraf, selain merupakan penyakit
serius dan meninggalkan cacat jasmani, juga meninggalkan cacat rohani yang
cukup berat. Keluarga para pasien stroke tidak mampu sepenuhnya mencurahkan
tenaga dan perhatiannya untuk menjadi insan pembangun karena harus menyisihkan
sebagian tenaga dan waktunya untuk perawatan serta pengobatan bagi si
penderita. Sedangkan penderita stroke memerlukan banyak dukungan untuk mempercepat
kesembuhannya. Selain pengawasan intensif dari tim dokter yang merawat,
perhatian keluarga juga sangat menentukan.
Stroke merupakan salah satu
penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di
Indonesia. Sebagian besar kejadian stroke tersebut adalah stroke non hemoragik.
Stroke non hemoragik mempunyai banyak faktor resiko. Salah satunya adalah
dislipidemia, yaitu peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida serta
penurunan HDL kolesterol. Stroke lebih sering menyebabkan kelumpuhan / kecacatan
daripada kematian. Pencegahan adalah strategi yang efektif untuk mengurangi
kerusakan yang terjadi pada penyakit stroke. Hipertensi adalah faktor resiko
yang paling penting untuk stroke, terutama Stroke sumbatan. Tidak ada bukti
bahwa wanita lebih tahan terhadap hipertensi daripada laki-laki. Insiden stroke
sebagian besar diakibatkan oleh hipertensi, sehingga kejadian stroke dalam
populasi dapat dihilangkan jika hipertensi diterapi secara efektif. Peningkatan
tekanan darah yang ringan atau sedang (borderline) sering dikaitkan dengan
kelainan kardiovaskuler, sedangkan pada peningkatan tekanan darah yang tinggi,
stroke lebih sering terjadi.
B.
Rumusan Masalah
- Bagaimanakah Konsep Dasar Stroke?
- Bagaimanakah Asuhan Keperawatan dengan
Stroke ?
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A. DEFINISI
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi
awitan tiba-tiba defisit neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu
bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus,
biasanya sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari
tempat lain dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri
(aneurisma) (Lynda Juall Carpenito, 1995).
Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak
terhenti karena aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu
pembuluh darah. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat
aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan
merusaknya.
Menurut WHO (1989) stroke adalah disfungsi neurologi
akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak
dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang terganggu.
B. ETIOLOGI
Beberapa keadaan dibawah ini dapat
menyebabkan stroke Iskemik antara lain :
1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah
yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.Hal ini dapat terjadi
karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk
pada 48 jam setelah thrombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan
thrombosis otak :
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh
darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi
klinis atherosklerosis bermacam-macam.
Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
- Lumen arteri menyempit dan
mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
- Oklusi mendadak pembuluh darah
karena terjadi thrombosis.
-. Merupakan tempat terbentuknya
thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus)
- Dinding arteri menjadi lemah
dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental , peningkatan
viskositas /hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan
pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli
berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri
serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat
Rheumatik Heart Desease (RHD)
b. Myokard infark
c. Fibrilasi,. Keadaan aritmia menyebabkan
berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil
dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri,
menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
3. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral
termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak
sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan
jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak
tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim
terjadi :
a. Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.
b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose
dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan
persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat
hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
4. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
5. Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral , yang disertai
perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit
kepala migrain
C. FAKTOR
RESIKO
Faktor-faktor resiko stroke dapat
dikelompokan sebagai berikut ::
1. Akibat adanya kerusakan pada
arteri, yairtu usia, hipertensi dan DM.
2. Penyebab timbulnya thrombosis,
polisitemia.
3. Penyebab emboli MCI. Kelainan
katup, heart tidak teratur atau jenis penyakit jantung lainnya.
4. Penyebab haemorhagic, tekanan darah
terlalu tinggi, aneurisma pada arteri dan penurunan faktor pembekuan darah
(leukemia, pengobatan dengan anti koagulan )
5. Bukti-bukti yang menyatakan telah
terjadi kerusakan pembuluh darah arteri sebelumnya : penyakit jantung angina,
TIA., suplai darah menurun pada ektremitas.
Dari hasil data penelitian di Oxford, Inggris
bahwa penduduk yang mengalami stroke disebabkan kondisi-kondisi sebagai berikut
:
1. Tekanan darah tinggi tetapi tidak
diketahui 50-60%
2. Iskemik Heart Attack 30%
3. TIA 24%
4. Penyakit arteri lain 23%
5. Heart Beat tidak teratur 14%
6. DM 9%
Kemudian ada yang menunjukan bahwa yang
selama ini dianggap berperan dalam meningkatkan prevalensi stroke ternyata
tidak ditemukan pada penelitian tersebut diantaranya, adalah:
1. Merokok, memang merokok dapat
merusak arteri tetapi tidak ada bukti kaitan antara keduanya itu.
2. Latihan, orang mengatakan bahwa
latihan dapat mengurangi resiko terjadinya stroke. Namun dalam penelitian
tersebut tidak ada bukti yang menyatakan hal tersebut berkaitan secara
langsung. Walaupun memang latihan yang terlalu berat dapat menimbulkan MCI.
3. Seks dan seksual intercouse, pria
dan wanita mempunyai resiko yang sama terkena serangan stroke tetapi untuk MCI
jelas pria lebih banyak daripada wanita.
4. Obesitas. Dinyatakan kegemukan
menimbulkan resiko yang lebih besar, namun tidak ada bukti secara medis yang
menyatakan hal ini.
5. Riwayat keluarga.
Klasifikasi:
1. Stroke dapat diklasifikasikan
menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu :
a. Stroke Haemorhagi,
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin
perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat
aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya
menurun.
b. Stroke Non Haemorhagic
Dapat berupa iskemia atau emboli dan
thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru
bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.
Kesadaran umummnya baik.
2. Menurut perjalanan penyakit atau
stadiumnya:
a. TIA ( Trans Iskemik Attack) gangguan
neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam
saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu
kurang dari 24 jam.
b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih
terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat semakin berat dan
bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi
yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke
komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang
D. PATOFISIOLOGI
1. Patofisiologi Stroke Iskemik
Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel
neuron otak secara bertahap (Sjahrir,2003)
Tahap 1 :
a. Penurunan aliran darah
b. Pengurangan O2
c. Kegagalan energi
d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion
Tahap 2 :
a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion
b. Spreading depression
Tahap 3 :
Inflamasi
Tahap 4 :
Apoptosis
Proses patofisiologi pada cedera SSP akut sangat
kompleks dan melibatkan permeabilitas patologis dari sawar darah otak,
kegagalan energi, hilangnya homeostasis ion sel, asidosis, peningkatan kalsium
ekstraseluler, eksitotoksisitas dan toksisitas yang diperantarai oleh radikal
bebas. (Sherki dkk,2002)
2. Patofisiologi Stroke Hemoragik
Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan
di parenkim otak dan perdarahan subarachnoid. Insidens perdarahan intrakranial
kurang lebih 20 % adalah stroke hemoragik, dimana masing-masing 10% adalah
perdarahan subarachnoid dan perdarahan intraserebral (Caplan, 2000).
Perdarahan intraserebral biasanya timbul
karena pecahnya mikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal
ini paling sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum, dan batang
otak.
Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh
arteriola berdiameter 100 – 400 mikrometer mengalami perubahan patologi pada
dinding pembuluh darah tersebut berupa lipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta
timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Pada kebanyakan pasien, peningkatan tekanan
darah yang tiba-tiba menyebabkan rupturnya penetrating arteri yang kecil.
Keluarnya darah dari pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada arteriole
dan pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini
mengakibatkan volume perdarahan semakin besar (Caplan, 2000).
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar
serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan
neuron-neuron di dearah yang terkena darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi.
Gejala neurologik timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang
menyebabkan nekrosis (Caplan, 2000). Perdarahan subarachnoid (PSA)
terjadi akibat pembuluh darah disekitar permukaan otak pecah, sehingga terjadi
ekstravasasi darah ke ruang subarachnoid. Perdarahan subarachnoid umumnya
disebabkan oleh rupturnya aneurisma sakular atau perdarahan dari
arteriovenous malformation (AVM).
E. Diagnosis
1. Anamnesis
Proses anamnesis akan ditemukan kelumpuhan
anggota gerak sebelah badan, mulut mencong atau bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi dengan baik. Keadaan ini timbul sangat mendadak, dapat sewaktu
bangun tidur, sedang bekerja, ataupun sewaktu istirahat.
2. Pemeriksaan fisik
Penentuan keadaan kardiovaskular penderita
serta fungsi vital seperti tekanan darah kiri dan kanan, nadi, pernafasan,
tentukan juga tingkat kesadaran penderita. Jika kesadaran menurun, tentukan
skor dengan skala koma glasglow agar pemantauan selanjutnya lebih mudah, tetapi
seandainya penderita
sadar tentukan berat kerusakan neurologis
yang terjadi, disertai pemeriksaan saraf – saraf otak dan motorik apakah fungsi
komunikasi masih baik atau adakah disfasia. Jika kesadaran menurun dan nilai
skala koma glasglow telah ditentukan, setelah itu lakukan pemeriksaan refleks –
refleks batang otak yaitu :
1. Reaksi pupil terhadap cahaya.
2. Refleks kornea.
3. Refleks okulosefalik.
4. Keadaan (refleks) respirasi, apakah
terdapat pernafasan Cheyne Stoke, hiperventilasi neurogen, kluster, apneustik
dan ataksik. Setelah itu tentukan kelumpuhan yang terjadi pada saraf – saraf
otak dan anggota gerak. Kegawatan kehidupan sangat erat hubungannya dengan
kesadaran menurun, karena makin dalam penurunan kesadaran, makin kurang baik
prognosis neurologis maupun kehidupan. Kemungkinan perdarahan intra serebral
dapat luas sekali jika terjadi perdarahan – perdarahan retina atau preretina
pada pemeriksaan funduskopi.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan cek laboratorium, pemeriksaan
neurokardiologi, pemeriksaan radiologi, penjelasanya adalah sebagai berikut :
1. Laboratorium.
a. Pemeriksaan darah rutin.
b. Pemeriksaan kimia darah lengkap.
1. Gula darah sewaktu.
Stroke akut terjadi hiperglikemia reaktif. Gula darah dapat mencapai 250
mg dalam serum dan kemudian berangsur – angsur kembali turun.
2. Kolesterol, ureum, kreatinin, asam urat, fungsi hati, enzim
SGOT/SGPT/CPK, dan profil lipid (trigliserid, LDH-HDL kolesterol serta total
lipid).
c. Pemeriksaan hemostasis (darah lengkap).
1. Waktu protrombin.
2. Kadar fibrinogen.
3. Viskositas plasma.
d. Pemeriksaan tambahan yang dilakukan atas
indikasi Homosistein.
2. Pemeriksaan neurokardiologi
Sebagian kecil penderita stroke terdapat
perubahan elektrokardiografi. Perubahan ini dapat berarti kemungkinan mendapat
serangan infark jantung, atau pada stroke dapat terjadi perubahan – perubahan
elektrokardiografi sebagai akibat perdarahan otak yang menyerupai suatu infark
miokard.
Pemeriksaan khusus atas indikasi misalnya
CK-MB follow up nya akan memastikan diagnosis. Pada pemeriksaan EKG dan
pemeriksaan fisik mengarah kepada kemungkinan adanya potensial source of
cardiac emboli (PSCE) maka pemeriksaan echocardiografi terutama transesofagial
echocardiografi (TEE) dapat diminta untuk visualisasi emboli cardial.
3. Pemeriksaan radiologi
a. CT-scan otak
Perdarahan intraserebral dapat terlihat
segera dan pemeriksaan ini sangat penting karena perbedaan manajemen perdarahan
otak dan infark otak. Pada infark otak, pemeriksaan CT-scan otak mungkin tidak
memperlihatkan gambaran jelas jika dikerjakan pada hari–hari pertama, biasanya
tampak setelah 72 jam serangan. Jika ukuran infark cukup besar dan hemisferik.
Perdarahan/infark di batang otak sangat sulit diidentifikasi, oleh karena itu
perlu dilakukan pemeriksaan MRI untuk memastikan proses patologik di batang
otak.
b. Pemeriksaan foto thoraks.
1. Dapat memperlihatkan keadaan
jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu
tanda hipertensi kronis pada penderita stroke dan adakah kelainan lain pada
jantung.
2. Dapat mengidentifikasi kelainan paru yang
potensial mempengaruhi proses manajemen dan memperburuk prognosis.
F. Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah untuk
mencegah stroke. Faktor resiko utama untuk stroke adalah tekanan darah tinggi,
kadar kolesterol tinggi, merokok dan diabetes; karena itu langkah pertama
adalah memperbaiki faktor-faktor resiko tersebut.
Obat-obatan diberikan untuk
mengurangi kecenderungan pembentukan bekuan darah, yang merupakan penyebab
utama dari stroke. Salah satu obat yang paling efektif adalah aspirin. Kadang
diberikan dipiridamol, tetapi obat ini hanya efektif untuk sebagian kecil
penderita. Untuk yang alergi terhadap aspirin, bisa diganti dengan tiklopidin.
Jika diperlukan obat yang lebih kuat, bisa diberikan antikoagulan (misalnya heparin
atau warfarin).
Luasnya penyumbatan pada arteri
karotis membantu dalam menentukan pengobatan. Jika lebih dari 70% pembuluh
darah yang tersumbat dan penderita memiliki gejala yang menyerupai stroke
selama 6 bulan terakhir, maka perlu dilakukan pembedahan untuk mencegah stroke.
Sumbatan yang kecil diangkat hanya jika telah menyebabkan TIA yang lebih lanjut
atau stroke.
Pada pembedahan enarterektomi, endapan lemak (ateroma) di dalam arteri dibuang. Pembedahan ini memiliki resiko terjadinya stroke sebesar 2%. Pada sumbatan kecil yang tidak menimbulkan gejala sebaiknya tidak dilakukan pembedahan, karena resiko pembedahan tampaknya lebih besar.
Pada pembedahan enarterektomi, endapan lemak (ateroma) di dalam arteri dibuang. Pembedahan ini memiliki resiko terjadinya stroke sebesar 2%. Pada sumbatan kecil yang tidak menimbulkan gejala sebaiknya tidak dilakukan pembedahan, karena resiko pembedahan tampaknya lebih besar.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A.
RIWAYAT KESEHATAN
Nama : Tn. M
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Bambi
Pekerjaan :
IRT
Status : Kawin
Suku Bangsa : Aceh
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 11-10-2016
Disagnosa Medik : Stroke
No. CM / REG : 11 250012
- Keluhan Utama
Tangan dan Kaki tidak dapat digerakkan, lemas,
serta bicaranya pele.
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Klien pernah masuk RS pada tahun 2006 dengan
riwayat hipertensi, diobati kemudian sembuh
Riwayat
Penyakit Sekarang :
Tiga
hari sebelum masuk RS klien pernah terjatuh secara tiba-tiba pada saat menonton pameran dan badan sebelah
kanan tidak bisa digerakkan,
kemudian klien dibawa berobat ke puskesmas oleh keluarga tapi tidak ada
berbaikan, selanjutnya oleh keluarga klien dibawa
ke RSUD Tgk. Chiek Ditiro Sigli
Riwayat Kesehatan
Keluarga :
Keluarga mengatakan di dalam
keluarga ada yang menderita penyakit yang sama yaitu orang tua klien
B.
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan
Umum : K/u tampak lemah, kesadaran apatis.
2. Tanda-tanda
vital : Suhu : 37,5 0C peraksila
Nadi : 74 kali/menit, teratur
Tekanan
Darah : 160/100 mmHg pada lengan kiri dalam posisi berbaring.
Respirasi : 28 kali/menit.
Sistem Tubuh (B6)
1. Pernafasan
(breathing/B1)
Data Objektif : Bunyi
napas vesikuler, Ronchi (-), retraksi dada (-), napas sesak (-), secret (-), dada simetris, tidak menggunakan
alat bantu pernafasan, RR: 28 x/menit
Data Subjektif : Tidak
dapat dikaji
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
2. Kardiovaskuler
(bleeding/B2)
Data Objektif : Bunyi
mur-mur (-), gallop (-), S1 dan S2 reguler
TD: 160/100 mmHg N: 88 x/menit.
Data Subjektif : Tidak dapat dikaji
Masalah keperawatan: Tidak ada
masalah
3. Persyarafan
(brain/B3)
Kesadaran : Apatis
Reflek- reflek : Reflek
patela (+), pupil +/+ (3 mm) isokor, Cornea +/+ Babinsky +/+
Data
Objektif : GCS. E: 3 V: 1 M: 3, ada kelumpuhan pada tangan dan kaki sebelah
kanan.
Data
Subjektif : Tidak dapat dikaji
Masalah Keperawatan:
-
Perubahan perfusi jaringan serebral
-
Gangguan mobilitas fisik
Eliminasi
Urine (bladder/B4)
Karakteristik urin : Warna kuning, bau amoniak
Data Objektif lain : Kateter
urine tidak ada, BAK 5 – 7 kali/hari, produksi
urin ± 1000 - 1500 cc/hari
Data Subjektif : Tidak
dapat dikaji
Masalah Keperawatan: Tidak
ada
4. Eliminasi
Alvi (bowel/B5)
Data Objektif : Klien BAB 1 kali sehari,
warna kuning, feses lembek
Data Subjektif : Tidak dapat dikaji
Masalah Keperawatan: Tidak ada
5.
Tulang
– Otot – Integument (bone/B6)
·
Kemampuan
Pergerakan Sendi : bebas, kecuali tangan kanan dan kaki kanan terbatas
·
|
Kemampuan
Pergerakan otot : skala otot:
Hemiparese
pada badan sebelah kanan
·
Keadaan
Kulit : bersih, turgor kulit baik, warna kulit sawo matang.
Data Objektif : Klien tampak lemah, BAB dan BAK di tempat
tidur, klien tampak berbaring di tempat tidur, ADL klien dibantu oleh keluarga.
Data Subjektif : Tidak dapat dikaji
Masalah Keperawatan: Gangguan mobilitas
fisik
VI. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Keadaan nutrisi dan pencernaan
Mulut
dan tenggorokan : Mulut bersih, tidak ada perdarahan gusi, tidak
ada stomatitis, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, mukosa bibir kering
Abdomen : Asites tidak ada, tidak ada nyeri tekan pada
abdomen, mual muntah tidak ada, bising usus 16 x/mnit
Data
Objektif lain : Keadaan umum lemah, makanan yang disajikan
oleh pihak RS tidak dihabiskan, klien hanya makan 2-4 sendok, BB sebelum sakit
: 45 kg, BB saat sakit 42 kg, TB: 150 cm
Data
Subjektif : Tidak dapat dikaji
Masalah Keperawatan : Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
2. Cairan
Tubuh
Masukan cairan :Makan = ± 150 ml
Minum =
± 350 ml
Inf. RL = 630 ml
Total = 1130 ml
Heluaran :Urine = 650 ml
IWL = 630 ml
Total =
1280 ml
Keseimbangan
Cairan : - 150 ml
Data
Objektif lain : Turgor kulit baik, mukosa bibir kering,
Data Subjektif : Tidak
dapat dikaji
Masalah Keperawatan : Tidak
ada masalah.
3. Tidur
dan istirahat
Kualitas tidur / istirahat : Klien
dapat tidur dengan tenang
Kuantitas tidur / istirahat : 7-8
jam / hari.
Data Objektif lain : Tidak ada
lingkaran hitam pada mata, klien tidak tampak menguap
Data Subjektif : Tidak
dapat dikaji
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
4. Konsep
diri
Data
Objektif lain : Tidak dapat dikaji
Data
Subjektif : Tidak dapat dikaji
Masalah
Keperawatan : Tidak ada masalah
5. Psikososial
– Spiritual
Data
Komunikasi : Klien sebelum sakit, sehari-hari berkomunikasi
menggunakan bahasa Jawa dengan baik, saat sakit klien tidak dapat berbicara
(afasia), dan tidak dapat menjawab bila ditanya
Hubungan
dengan orang lain : Sebelum sakit klien dapat membina hubungan baik dengan
keluarga dan orang disekitarnya, sedangkan selama sakit klien tidak dapat
membina hubungan dengan orang lain
Afek / emosi : Klien
tampak tenang dan tidak gelisah
Data Objektif lain : - Klien tidak dapat berbicara (afasia)
Data
Subjektif : Klien
Berbicara secara terbata-bata
Masalah
Keperawatan :
·
Gangguan komunikasi verbal
V. DATA
PENUNJANG
Pemeriksaan
laboratorium:
Tanggal 19-01- 2008
- Pemeriksaan
Hitung Jenis: Monosit : 2, Eosinofil : 1, Basofil : 0, Batang : 2, Segmen : 52,
Limfosit : 13
-
Trombosist : 263.000/ul
-
Glukosa sewaktu : 129 mg/dl
-
Urea : 31 mg/dl
-
Kreatinin : 1,0 mg/dl
-
Hb : 13, 6 g/dl
-
Haemotokrit : 40,1 %
Analisa
Data
No.
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
2.
3.
|
DS : -klien mengatakan pusing,
,vertigo
DO Do :pasien
tampak pucat,lemah ,dan pernah bbrapa kali pingsan
kli
DS : Keluarga pasien mengatakan
bahwa pasien tidak dapat bangun , duduk dan berdiri
:
klien mengatakan lengan dan tungkai
lemas saat digerakkan
DO : lentan
gerak pada lengan dan tungkai terbatas.
· tingkat kesadaran koma,GCS:3
· bedrest total
DS : Klien mengeluh susah bicara
DO : Bicara
pasien terdengar pelo
: Poisi
lidah agak kekiri
|
Interupsi aliran darah terhadap adanya trombosis
Kerusakan neuromuscular terhadap hemi prose
Kerusakan neuromuscuar pada area broca
|
Perubahan perfusi jaringan cerebral
Kerusakan
gangguan mobilitas fisik
Kerusakan komunikasi verbal
|
No
|
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan/
kriteria hasil
|
Rencana
keperawatan
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||
1.
2.
3.
|
Perubahan perfusi jaringan
cerebral b/dermis gangguan oklusi d/d kesadaran koma GCS 3, TD
: 160/100 mmhg, HR : 74 x/m,RR :28X/m, Temp
:37,5 ° C, saturasi 02 ; 78 %, sungkup o2 terpasang 8 ltr/m,
hasil Ct scan : infark didaerah basal gangli kanan dan perifentrikuler kiri,
juga tampak mild cerebral atrofi
Gangguan mobilitas fisik b/d
kerusakan neuromuscular terhadap hemiparase
Gangguan Komunikasi Verbal
berhubungan dengan kerusakan neuromuscular are broca.
|
Tujuan :
Perfusi jaringan cerebral
kembali normal
KH : tanda- tamda vital
dalam batas normal, GCS normal
Tujuan :
Adanya peninggatas mobilitas
KH : mampu mempertahankan posisi
yang optimal
: Mampu menggerakkan fungsi
yang hemiplegi
Dapat berkomunikasi dengan
baik secara verbal,
KH : Mampu komunikasi verbal
dengan baik, bisa mengemukakan bahasa isyarat dengan baik
|
Mandiri
· Kaji/ pantau tingkat status neurologi.
· Pantau tanda- tanda vital
· Evaluasi pupil dan catat ukuran, bentuk dan reaksi
terhadap cahaya
· Letakkan kepala pada posisi agak ditinggikan dan dalam
posisi anatomis
Kolaborasi
· Berikan 02 sesuai indikasi
· Berikan
obat
-
anti hipertensi (Captopril),
-
anti trombosit.(asam acetil
salicilat)
· Berikan infuse (RL dan Nacl 0,9 %)
Mandiri
· Ubah
posisi setiap 2 jam
· kaji kekmampuan klien
melakukan aktifitas
· melakukan rom
· inspeksi daerah kulit yang menonjol
·
Kaji
Tingkat kemampuan klien komunikasi
·
Ajak
kan komunikasi isyarat,
·
menunjukan
benda dan menyebut namanya
·
Meminta
klien mengikuti ucapan sederhana
|
·
Mengetahui kecenderungan
tingkat kesadaran
·
Variasi mungkin terjadi oleh
karena tekanan pada daerah vasomotor otak
·
Reaksi pupil berguna untuk
menentukan apakah batang otak masih berfungsi atau tidak
·
Menurunkan tekanan arteri
dengan meningkatkan drainase dan meningkatkan sirkulasi/ perfusi serebral
· Menurunkan
hipoksia
·
Membantu vasodilatasi
pembuluh darah
·
Mencegah pembekuan saat
embolus
·
Mempertahankan volume
sirkulasi
·
Menurunkan resiko terjadinya
trauma/ iskemia jaringan yang dapat menimbulkan kerusakan pada kulit (
dekubitus )
·
Meningkatkan sirkulasi dan
membantu mencegah kontraktur
·
Meningkatkan aliran balik
vena
·
Untuk memenuhi kebutuhan
klien dan membantu mencegah terjadinya kelembaban kulit
·
Perubahan bicara adalah gangguan
serebral
·
Membantu pasien mengemukakan
pesan
·
Menilai kerusakan katorik
|
CATATAN PERKEMBANGAN HARI I
Hari/Tanggal :
29 Oktober 2016
No. Dx Keperawatan
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
|
Diagnosa
No. 1
No. 2
No. 3
|
Pkl. 14.30
1.
Melakukan suction bila ada akumulasi penumpukan
sekret pada jalan napas.
2.
Mengobservasi
tanda-tanda vital dan SPO2 serta mendokumentasikan pada lembar observasi
-
TD
: 110/70 mmHG
-
N
: 80 x/menit
-
S
: 37,8⁰C
-
P
: 20 x/menit
-
SPO2
: 98%
3.
Mengubah
posisi tidur klien setiap 2 jam sekali
.........................
.............................
|
S :
O :
A :
|
Pkl. 15.00
-
-
TD
: 110/70 mmHg
-
N
: 80 x/menit
-
S
: 37,8⁰C
-
P
: 20 x/menit
-
SPO2
: 99 %
-
Tidak
ada bunyi napas tambahan
-
Posisi
tidur miring ke kanan
-
Tidak terdengar bunyi napas tambahan
-
SPO2 : 99 %
-
Klien tampak tenang
Pkl. 15.45
Klien pulang paksa atas permintaan keluarga yang ingin merawat klien di
rumah (sudah menandatangani status)
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum
gangguan pembuluh darah otak atau stroke merupakan gangguan sirkulasi serebral.
Merupakan suatu gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari suatu
proses patologis pada pembuluh darah serebral, misalnya trombosis, embolus,
ruptura dinding pembuluh atau penyakit vascular dasar, misalnya aterosklerosis,
arteritis, trauma, aneurisme dan kelainan perkembangan.
Gejala umum stroke :
1. Baal
atau lemas mendadak di wajah, lengan atau tungkai, terutama di salah satu sisi
tubuh.
2. Gangguan
penglihatan seperti penglihatan ganda, atau kesulitan melihat pada satu atau
kedua mata.
3. Bingung
mendadak.
4. Pusing
bergoyang, hilangnya keseimbangan atau koordinasi.
5. Nyeri
kepala mendadak tanpa sebab yang jelas.
6. Bicara
tidak jelas (pelo)
Secepatnya
pada terapeutik window (waktu dari serangan hingga mendapatkan
pengobatan maksimal).
B. Saran
Sebagai perawat gawat darurat tentunya kita harus
memiliki keterampilan yang komprehensif dalam menangani pasien. Perawat juga
dituntut untuk memiliki critical thinking
yang tinggi dalam menangani pasien yang sangat kompleks permasalahannya.
Selain itu, tindakan yang diberikan dalam penatalaksanaan pun harus sesuai
dengan Evidence Based Practice yang
terbaru.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Wendra, 1999, Petunjuk Praktis Rehabilitasi
Penderita Stroke, Bagian Neurologi FKUI /RSCM,UCB Pharma Indonesia, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa
Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Depkes RI, 1996, Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Diknakes, Jakarta.
#untuk contoh soal UKOM bisa anda lihat di sini http://app.appsgeyser.com/6927652/ukom
Comments
Post a Comment