ANAMNESE tentang kondisi psikologi sosial
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dewasa ini, tantangan sebagai tenaga kesehatan semakin memengaruhi kinerja tenaga
kesehatan tersebut dalam menangani pasien. Sebagai tenaga kesehatan,
khususnya seorang bidan, sangat diperlukan
adanya kesiapan untuk berani melakukan tatap muka dan aktif dalam membangun
keakraban dengan pasiennya.Pada umumnya kontak pertama antara seorang bidan dan pasien dimulai dari anamnesis. Dari sini
hubungan terbangun sehingga akan memudahkan kerjasama dalam memulai tahap-tahap
pemeriksaan berikutnya.
Dalam
menegakkan suatu diagnosis anamnesis mempunyai peranan yang sangat penting
bahkan terkadang merupakan satu-satunya petunjuk untuk menegakkan iasris.Secara
umum sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan
hanya dengan anamnesis yang benar.Pemeriksaan anamnesis adalah pintu pembuka
atau jembatan untuk membangun hubunganbidan dan pasiennya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari
pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya.
B.
Rumusan masalah
1.
Bagaimanakah
anamnesa tentang konsidi psikologik-sosial?
2.
Pemeriksaan
fisik terhadap integritas kulit/jaringan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Anamnesa Tentang Konsidi Psikologik-Sosial
Riwayat
psikososial yang lengkap menunjukkan siapa sistem pendukung klien, termasuk
pasangan, anak-anak anggota keluarga lain, atau teman dekat. Riwayat psikososial termasuk informasi tentang cara-cara yang biasanya
klien dan anggota keluarga gunakan untuk mengatasi stres.perilaku yag sama
seperti berjalan-jalan, membaca, atau berbicara dengan teman, dapat digunakan
sebagai intervensi keperawatan jika klien mengalami stres ketika menerima
perawatan kesehatan.perawat juga belajar apakah klien telah mengalami suatu
kehilangan baru-baru ini yang dapat menciptakan suatu rasa berduka.
Menurut Helen Varney tahun 2007, komponen
anamnesa adalah sebagai berikut :
Mengidentifikasi
informasi
1.
Nama
Sebaiknya nama lengkap bukan nama panggilan atau
alias.
2.
Usia
Terutama penting pada pasien anak-anak karena
kadang-kadang digunakan untuk menentukan dosis obat. Juga dapat digunakan
untuk memperkirakan kemungkinanpenyakit yang diderita, beberapa penyakit khas
untuk umur tertentu.
3.
Ras/etik
Berhubungan dengan kebiasaan tertentu atau
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan ras/suku bangsa tertetu.
4.
Alamat/telepon
Apabila pasien sering berpindah-pindah tempat maka
tanyakan bukan hanya alamat sekarang saja tetapi juga alamat pada
waktu pasien merasa sakit untuk pertama kalinya. Data ini kadang
diperlukan untuk mengetahui terjadinya wabah, penyakit endemis atau untuk
data epidemiologi penyakit.
5.
Agama
Keterangan ini berguna untuk mengetahui apa yang boleh
dan tidak boleh (pantangan) seorang pasien menurut agamanya.
6.
Status
pernikahan
Kadang berguna untuk mengetahui latar belakang
psikologi pasien.
7.
Pekerjaan
Bila
seorang dokter mencurigai terdapatnya hubungan antara penyakit pasien
dengan pekerjaannya, maka tanyakan bukan hanya pekerjaan sekarang tetapi
juga pekerjaan-pekerjaan sebelumnya.
8.
Jenis
kelamin
Sebagai kelengkapan harus juga ditulis datanya.
B.
Pemeriksaan Fisik Terhadap Integritas Kulit/Jaringan
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah
sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan
tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam
medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien.
a.
Pemeriksaan Kulit
Tujuan :
1.
Mengetahui
kondisi kulit
2.
Mengetahui
perubahan oksigenasi, sirkulasi, kerusakan jaringan setempat, dan hidrasi.
Persiapan
1.
Posisi
klien: duduk/ berbaring
2.
Pencahayaan
yang cukup/lampu
3.
Sarung
tangan (utuk lesi basah dan berair)
Prosedur
Pelaksanaan
a)
Pemeriksaan
kulit
Inspeksi :
kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat, sianosis, dan ikterik.
Normal: kulit
tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
Palpasi :
kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor kulit, dan edema.
Normal: lembab,
turgor baik/elastic, tidak ada edema.
Setelah diadakan pemeriksaan kulit evaluasi
hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
1. Inspeksi
-
Lihat warna kulit klien dibawah
sinar matahari. Normalnya kulit berwarna cerah merah muda hingga kecoklatan
ataupun hitam. Kulit yang tidak terkena sinar matahari akan berwarna lebih
terang dan tampak pucat pada orang yang tidak pernah/jarang terpapar sinar
matahari.
-
Lihat apakah adanya lesi pada kulit
-
Lihat apakaj kulit tampak berminyak
2. Palpasi
-
Raba permukaan kulit, rasakan
kelembapannya. Normalnya kulit teraba lembap, tetapi tidak basah
-
Rasakan suhu pada permukaan kulit,
normalnya tubuh akan teraba hangat
-
Cubit sedikit pada bagian dada, atau
lengan bagian dalam. Turgor kulit akan kembali dalam waktu < 2 detik.
-
Untuk adanya pitting edema, tekan
perlahan pada daerah pretibialis, dorsum pedis atau sakrum
Penilaian yang dilakukan pada saat pemeriksaan
kulit:
Warna
Kulit
Dalam
melihat perubahan, mungkin pasien menjadi orang yang pertama untuk melihat
warna kulit mereka. Untuk itu, meminta informasi dari mereka menjadi tolak ukur
yang penting. Kemudian, carilah peningkatan pigmentasi, hilangnya pigmentasi,
kemerahan, pucat, sianosis, dan warna kuning pada kulit.
Menilai warna merah oksihemoglobin dan pucat
pada area yang sedikit atau tidak adanya lapisan tanduk, seperti pada: kuku,
bibir, dan selaput lendir, terutama dari mulut dan konjungtiva palpebra. Dalam
hal ini, pada pasien yang berkulit gelap, memeriksa telapak tangan dan kaki
juga dapat berguna.
Pucat
merupakan penurunan kemerahan akibat anemia dan penurunan aliran darah,
terlihat pada pingsan atau oklusi arteri
Untuk
mendeteksi Sianosis sentral terbaik dilakukan pada bibir, mukosa mulut, dan
lidah. Bibir dapat berubah menjadi biru dan dingin, dan melanin di bibir dapat
mensimulasikan sianosis pada orang berkulit gelap.
Sianosis
kuku pada tangan dan kaki mungkin saja merupakan sianosis sentral ataupun
perifer . Perhatikan kondisi pasien dan ruangan, karena kecemasan atau ruang
periksa terlalu dingin dapat menyebabkan sianosis perifer.
Sianosis
pada gagal jantung biasanya perifer, yang mencerminkan deoksigenasi atau
gangguan sirkulasi; Dalam PPOK dan edema paru, hipoksia dapat menimbulkan
sianosis sentral
Penyebab
sianosis sentral adalah: penyakit paru yang telah lanjut, penyakit jantung
bawaan, dan hemoglobinopati
Nilai juga
perubahan warna sklera menjadi kuning yang disebut dengan istilah jaundice (ikterus).
Ikterus dapat juga muncul di konjungtiva palpebral, bibir, palatum
durum, lidah, membran timpani, dan kulit. Untuk melihat ikterus lebih mudah
di bibir, dengan menekannya dengan 2 kaca objek, maka kemerahan dari bibir akan
menghilang.
Untuk
warna kuning yang disertai peninggian kadar karoten, dapat dilihat di telapak
tangan, telapak kaki, dan wajah.
Kelembaban
Kulit
Yang
perlu dinilai dari kelembaban kulit adalah kekeringan, berkeringat, dan kulit
berminyak. Kekeringan terjadi pada pasien dengan hipotiroidisme. Kulit yang
berminyak akan mempunyai kecenderungan untuk munculnya jerawat.
Suhu
Kulit
Gunakan
punggung jari-jari untuk menilai suhu kulit. Selain mengidentifikasi kehangatan
umum atau kesejukan kulit, berguna juga untuk menilai suhu setiap area yang
kemerahan. Kehangatan umum pada demam atau hipertiroidisme, sedangkan
kesejukan pada hipotiroidisme; Kehangatan lokal jika terjadi peradangan atau
selulitis.
Tekstur
Kulit
Penilainan
kekasaran dan kehalusan penting untuk dilakukan. Penderita hipotiroidisme
mempuinyai kulit yang relatif lebih kasar, dan penderita hipertiroidisme
mempunyai tekstur kulit beledru.
Mobilitas
Kulit dan Turgor Kulit
Penilaian
dilakukan dengan mengangkat lipatan kulit dan perhatikan betapa mudah kulit
terangkat (mobilitas) dan seberapa cepat kulit itu kembali ke tempatnya
(turgor). Pada edema ataupun scleroderma terjadi morbilitas kulit yang turun,
dan pada dehidrasi turgor kulit akan menurun.
Lesi
Kulit
Pemeriksaan
lesi pada kulit memerlukan pengetahuan mengenai jenis-jenis lesi. Lakukan
pemeriksaan setiap lesi, dan mencatat gambaran klinis penting seperti:
- Lokasi anatomi dan distribusi pada tubuh.
Penilaian lokasi dilakukan dengan melakukan konfirmasi pada pertanyaan:
- Apakah lesi terdapat disekujur tubuh atau
lokal?
- Apakah lesi itu, terdapat pada permukaan
yang terbuka, daerah intertriginosa (area lipatan kulit
dengan kulit yang bersentuhan atau bergesekan), daerah ekstensor atau
fleksor, atau daerah akral (seperti tangan dan kaki)?
- Apakah mereka melibatkan daerah yang
terkena alergen atau iritan tertentu, seperti gelang atau cincin?
- Jenis lesi kulit (misalnya, makula,
papula, vesikel, nevi). Jika memungkinkan, cari lesi representatif dan
lesi baru yang belum terkena trauma akibat garukan atau sebab lain.
- Warna.
- Pola dan bentuk. Dibedakan antara apakah
lesi itu merupakan lesi linear, cluster(berkerumun), annular (dalam
cincin), arciform (di busur), geografis (memenuhi area
tertentu), atau serpiginosa (berbentuk seperti ular atau
cacing). Beri penilaian juga, apakah lesi itu menutupi dermatom
kulit (yang meliputi area kulit yang sesuai dengan akar saraf
sensorik), contohnya vesikel khas pada herpes zoster.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Riwayat
psikososial yang lengkap menunjukkan siapa sistem pendukung klien, termasuk
pasangan, anak-anak anggota keluarga lain, atau teman dekat. Riwayat
psikososial termasuk informasi tentang cara-cara yang biasanya klien dan
anggota keluarga gunakan untuk mengatasi stres.
Setelah
diadakan pemeriksaan kulit evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut.
B.
Saran
Kepada
tenaga kesehatan khususnya yang memiliki ijin untuk menganamnesa pasien
hendaknya memiliki sikap yang ramah dan mudah akrab, sehingga pasien tidak
merasa canggung dan mengutarakan semua keluhannya dengan nyaman.
DAFTAR
PUSTAKA
Jonathan, Gleadle, (2007), Anamnesis
Dan Pemeriksaan Fisik, Jakarta : Erlangga.
Matondang, Corry S., Wahidiyat, Iskandar, dkk,
(2009), Diagnosis Fisis Pada Anak, Edisi 2, Jakarta : CV
Sagung Seto.
Potter, Patricia A. dan Perry, Anne Griffin,
(2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan,Edisi 4, Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Comments
Post a Comment