konsep keperawatan ibu post partum
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai
dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra –
hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu. (Askeb Ibu Masa Nifas, 2011)
Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8
hari setelah akhir persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan
bayi. (Bennet dan Brown, 1999, P : 590)
Pada masa nifas, ibu akan mengalami perubahan perasaan,
dimana keadaan ini disebut Post Partum Blues. Post Partum Blues termasuk
depresi ringan yang terjadi pada ibu-ibu setelah melahirkan. Sekitar 70% dari
semua ibu yang melahirkan pernah mengalami Post Partum
Blues (The NFC Foundation, 2000).
Asuhan masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini
karena merupakan masa kritis. Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50 % kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2006 : 122).
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah
sekitarnya pada pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat
melakukannya sendiri. Pasien yang harus istirahat di tempat tidur (misalnya,
karena hipertensi, pemberian infus, sectio caesarea) harus dimandikan setiap
hari dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada
waktu sesudah selesai membuang hajat.
Perawatan
perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang
dibatasi vulva dan anus pada ibu
Perawatan payudara adalah suatu
tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk
memperlancarkan pengeluaran ASI (Prawirohardjo,2006).
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pemantauan
involusi uteri
2. Bagaimana konsep perawatan
vulva masa nifas
3. Bagaimana konsep perawatan
luka perineum
4. Bagaimana konsep perawatan
payudara pada ibu nifas (breast care)
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pemantauan
involusi uteri
2. Untuk mengetahui perawatan
vulva masa nifas
3. Untuk mengetahui perawatan
luka perineum
4. Untuk mengetahui perawatan
payudara pada ibu nifas (breast care)
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Post Partum (Nifas)
1.
Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam
setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu
(Hadijono,2008:356)
Periode
pascapartum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2004:492)
Post partum (nifas) secara harafiah adalah sebagai masa
persalinan dan segera setelah kelahiran, masa pada waktu saluran reproduktif
kembali ke keadaan semula (tidak hamil). (William,1995)
Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6
minggu (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,2002)
2.
Etiologi
Etiologi post partum dibagi 2:
a. etiologi
post partum dini
1)
atonia uteri(kontraksi uterus yang lemah)
2)
laserasi jalan lahir;robekan jalan
lahir
3)
hematoma
b. etiologi
post partum lambat
1)
tertinggalnya sebagian plasenta
2)
subinvolusi di daerah
insersi plasenta(mengecil)
3)
dari luka bekas secsio
sesaria
3.
Fisiologi
a.
involusi rahim:terjadi karena
masing-masing sel menjadi lebih kecil,yang disebabkan karena adanya proses
autolysis,dimana zat protein dinding rahim dipecah diabsorbsi dan
kemudian dibuang melalui air kencing.
b.
involusi tempat plasenta;setelah
persalinan tempat plasenta merupakan tempat permukaan kasar tidak rata kira2
sebesar telapak tangan,dengan cepat luka ini mengecil pada akhir minggu
kedua,hanya sebesar 3-4cm dan pada akhir nifas 1-2cm.
c.
perubahan pada serviks dan vagina;pada
serviks terbentuk sel2 otot terbaru,karena adanya kontraksi dan retraksi,vagina
teregang pada waktu persalinan namun lambat laun akan mencapai
ukuran yang normal.
d.
perubahan pembuluh
darah rahim;dalam kehamilan uterus mempunyai pembuluh2 darah yang
besar,tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan bagi peredaran darah
yang banyak,maka arteri tersebut harus mengecil lagi saat nifas.
e.
dinding perut dan
peritoneum;setelah persalinan dinding perut menjadi longgar karena teregang
begitu lama,tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
f.
saluran kencing;dinding kandung
kemih terlihat edema, sehingga menimbulkan obstruksi dan menyebabkan retensi
urine,dilatasi ureter dan pyelum kembali normal dalam 2minggu.
g.
laktasi;keadaan buah dada pada dua
hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan pada waktu ini
.buah dada belum mengandung susu melainkan colostrum.colostrum adalah cairan
kuning yang mengandung banyak protein dan garam.
B.
Pemantauan Involusi Uteri
1. Pengertian
Involusi atau pengerutan uterus
merupakan suatu
proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60
gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi
otot-otot polos uterus. (Ambarwati dan Wulandari, 2008)
Menurut (Hincliff, 1999) Involusi uteri adalah pengecilan
yang normal dari suatu organ setelah organ tersebut memenuhi fungsinya,
misalnya pengecilan uterus setelah melahirkan.
2. Proses Involusi Uterus
Ischemi pada miometrium disebut juga lokal ischemia, yaitu
kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi
dan retraksi yang cukup lama seperti tersebut diatas tetapi disebabkan oleh
pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus di dalam masa hamil, karena
uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin. Untuk
memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke uterus dapat mengadakan
hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan lagi, maka
pengaliran darah berkurang, kembali seperti biasa. Dan aliran darah dialirkan ke
buah dada sehingga peredaran darah ke buah dada menjadi lebih
baik. Demikianlah dengan adanya hal-hal diatas, uterus akan mengalami
kekurangan darah sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami otropi kembali
kepada ukuran semula. Ibu postpartum ada involusi,ada laktasi ada
3. Bekas Implantasi Uteri
Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol. Otot-otot
uterus berkontraksi segera post partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada
diantara anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah plasenta lahir. Bagian bekas plasenta merupakan suatu luka
yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri segera setelah persalinan.
Penonjolan tersebut dengan diameter 7,5 sering disangka sebagai suatu bagian
plasenta yang tertinggal, setelah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada
6 minggu 2,4 cm dan akhirnya pulih.
4. Lokhea
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas.Menurut Rustam Mochtar (1998) pengeluaran lochia dapat
dibagi berdasarkan jumlah dan warna sebagai berikut :
a.
Lokhea rubra berisi darah segar
dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa. Lanugo dan
mekoneum selama 2 hari pasca persalinan.
b.
Lokhea sanguinolenta berwarna
merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.
c.
Lokhea serosa berwarna kuning,
cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d.
Lokia alba cairan putih, setelah 2
minggu
e.
Lokia purulenta terjadi infeksi,
keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f.
Lokia astastis lokia tidak lancar
keluarnya.
5. Teknik
Pengukuran Involusi Uteri
Pengukuran involusi uteri dilakukan dengan cara palpasi,
yaitu dengan mengumpulkan uterus, setelah itu diraba dan diukur dengan jari
seberapa jarak uterus antara pusat sampai simpisis.jika tinggi fundus uteri
tinggi diatas pusat berarti ada keraguan atau ada sesuatu.hal yang harus
diperhatikan post partum : tinggi fundus,kontraksi uterus,pendarahan.
C. PERAWATAN
VULVA MASA NIFAS
1. Pengertian
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah
sekitarnya pada pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya
sendiri. Pasien yang harus istirahat di tempat tidur (misalnya, karena
hipertensi, pemberian infus, sectio caesarea) harus dimandikan setiap hari
dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada waktu
sesudah selesai membuang hajat. Meskipun ibu yang akan bersalin biasanya masih
muda dan sehat, daerah daerah yang tertekan tetap memerlukan perhatian serta
perawatan protektif
Setelah ibu mampu mandi sendiri (idealnya, dua kali
sehari), biasanya daerah perineum dicuci sendiri dengan menggunakan air dalam
botol atau wadah lain yang disediakan khusus untuk keperluan tersebut.
Penggantian tampon harus sering dilakukan, sedikitnya sesudah pencucian
perineum dan setiap kali sehabis ke belakang atau sehabis menggunakan pispot.
Payudara harus mendapatkan perhatian khusus pada saat mandi yang bisa dilakukan
dengan memakai spons atau shower dua kali sehari. Payudara dibasuh dengan
menggunakan alat pembasuh muka yang disediakan khusus untuk keperluan ini.
Kemudian masase payudara dilakukan dilakukan dengan perlahan – lahan dan puting
secara hati – hati ditarik keluar. Jangan menggunakan sabun untuk membersihkan
puting
2. Tujuan
a. Untuk
mencegah infeksi
b. Untuk
penyembuhan luka jahitan perineum.
c. Untuk
kebersihan perineum, vulva juga memberikan rasa nyaman bagi klien.
3. Persiapan
Alat
a. Kapas
sumblimat
b. Alas
pantat
c. Botol
cebok berisi larutan desinfektan sesuai dengan kebutuhan
d. Betadin
dan kain kasa
e. Bengkok
4. Cara
Ibu Nifas Melakukan Vulva Hygiene Sendiri.
Langkah-langkah
yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri Ibu nifas adalah sebagai
berikut :
1)
Membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Langkah pertama ibu membersihkan daerah sekitar vulva terlebih
dahulu dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah anus. Dan sebaiknya
ibu membersihkan daerah sekitar vulva setiap kali selesai BAK atau BAB.
2)
Mengganti pembalut atau kain
pembalut 2 kali sehari, kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan
baik dan dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.
3)
Mencuci tangan dengan sabun dan
air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
4)
Jika ibu mempunyai luka episotomi
atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut
(Saifuddin, 2002).
5. Penatalaksanaan
Sebelum dilakukan vulva hygiene hendaknya perawat
memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang hal yang akan dilakukan kepada
klien.
Pelaksanaan
1)
Pintu dan jendela ditutup dan jika
perlu pasanglah sampiran
2)
Alat-alat didekatkan pada pasien
dan pasien diberitahu tentang hal yang akan dilakukan
3)
Perawat mencuci tangan
4)
Pakaian pasien bagian bawah
dikeataskan atau dibuka.
5)
Pengalas dan dipasang dibawah
bokong pasien, sikap pasien dorsal recumbent
6)
Perawat memakai sarung tangan
(tangan kiri)
7)
Siram vulva dengan air cebok yang
berisi larutan desinfektan
8)
Kemudian ambil kapas sublimat
untuk membuka labia minora. vulva dibersihkan mulai dari labia minora kiri,
labia minora kanan, labia mayora kiri, labia mayora kanan, vestibulum,
perineum.
9)
Cara mengusap dari atas ke bawah
bila masih kotor diusap lagi dengan kapas sublimat yang baru hingga bersih.
10)
Keadaan perineum diperhatikan
jahitannya, bagaimana jahitannya apakah masih basah, apakah ada pembengkakan,
iritasi dan sebagainya
11)
Jahitan perineum dikompres dengan
betadin
12)
Setelah selesai pasien dirapihkan
dan posisinya diatur kembali
13)
Peralatan dibereskan, dibersihkan
dan dikembalikan ke tempat semula.
C. PERAWATAN LUKA PERINEUM
1. Pengertian
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia
(biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan
sehat (Aziz, 2004). Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang
dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2000). Post Partum adalah
selang waktu antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik
seperti pada waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002). Perawatan perineum adalah
pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva
dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan
kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
2. Tujuan
Perawatan Perineum
Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah
mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
Sedangkan menurut Moorhouse et. al. (2001), adalah
pencegahan terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28
hari setelah kelahiran anak atau aborsi.
3. Bentuk
Luka Perineum
a. Rupture
Rupture adalah luka pada
perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses
desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya
tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.
(Hamilton, 2002).
b. Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk
memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi
(Eisenberg, A., 1996).
Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan
vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum
diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi
perineum dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi
epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral.
Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah
besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki (Jones Derek, 2002).
Pada gambar berikut ini dijelaskan tipe episotomi dan
rupture yang sering dijumpai dalam proses persalinan yaitu :
a. Episiotomi
medial (
b. Episiotomi
lateral
c. Episiotomi mediolateral
Sedangkan rupture meliputi
a. Tuberositas
ischii
b. Arteri
pudenda interna
c. Arteri
rektalis inferior
tingkat
rupture
tingkat
1:
4. Dampak
Dari Perawatan Luka Perinium
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat
menghindarkan hal berikut ini :
a. Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat
menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi
pada perineum.lokhea bau,mammae bengkak,suhu tinggi
b. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran
kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya
komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.
c. Kematian
ibu post partum
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan
terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post
partum masih lemah (Suwiyoga, 2004).
5. Waktu
Perawatan
a. Saat
mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut,
setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan
yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian
pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan
perineum.
b. Setelah
buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan
besar terjadi kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu
pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
c. Setelah
buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa
kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus
ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus
dan perineum secara keseluruhan.
6. Penatalaksanaan
Langkah-langkah pejahitan robekan perineum
a. Persiapan Alat
1) Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan
-
Wadah
berisi : Sarung tangan,
pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit, kasa steril, pincet
-
Kapas DTT
-
Buka spuit
sekali pakai 10 ml dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT
-
Patahkan
ampul lidokain
2) Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di
tepi tempat tidur
3) Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
4) Atur lampu sorot atau senter ke arah vulva /
perineum ibu
5) Pastikan lengan / tangan tidak memakai
perhiasan, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
6) Pakaian satu sarung tangan DTT pada tangan
kanan
7) Ambil spuit dengan tangan yang bersarung
tangan, isi tabung suntik dengan lidokain dan letakkan kembali ke dalam wadah
DTT
8) Lengkapi pemakaian sarunga tangan pada tangan
kiri
9) Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT
dengan gerakan satu arah dari vulva ke perineum
10) Periksa vagina, servik dan perineum secara
lengkap, pastikan bahwa laserasi hanya merupakan derajat satu atau dua.
b. Anestesi Lokal
1) Beritahu ibu tentang apa yang akan dilakukan
2) Tusukkan jarum suntik pada daerah kamisura
posterior yaitu bagian sudut bahwa vulva.
3) Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada
darah yang terhisap
4) Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik
pada tepi luka daerah perineum
5) Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka
arahkan jarum suntik sepanjang luka pada mukosa vagina
6) Lakukan langkah 2-5 diatas pada kedua tepi
robekan
7) Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan
c. Penjahitan Laserasi pada Perineum
1) Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas
ujung laserasi di mukosa vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong pendek
benang dari yang lebih pendek.Sisakan benang kira-kira 1 cm.
2) Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur,
jahit ke bawah ke arah cincin hymen
3) Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke
dalam mukosa vagina lalu ke belakang cincin himen sampai jarum ada di bawah
laserasi kemudian ditarik keluar pada luka perineum
4) Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan
otot. Lihat kedalam luka untuk mengetahui letak ototnya.
5) Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah
jarum dan mulailah menjahit kearah vagina dengan menggunakan jahitan
subkutikuler
6) Pidahkan jahitan dari bagian luka perineum
kembali ke vagina di belakang cincin hymen untuk diikat dengan simpul mati dan
dipotong benangnya
7) Masukkan jari ke dalam rectum
8) Periksa ulang kembali pasa luka
9) Cuci daerah genital dengan lembut kemudian
keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang diinginkan
10) Nasehati ibu untuk :
a) Menjaga perineum selalu bersih dan kering
b) Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada
perineumnya
c) Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang
mengalir 3-4 x per hari
d) Kembali dalam seminggu untuk memeriksa luka
D. Keperawatan Ibu Post Partum
1. Identitas
Pasien
2. Keluhan Utama
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka
jahitan, takut bergerak
3. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
4. Riwayat Persalinan
- Tempat
persalinan
- Normal
atau terdapat komplikasi
- Keadaan
bayi
- Keadaan ibu
5. Riwayat Nifas Yang
Lalu
- Pengeluaran
ASI lancar / tidak
- BB
bayi
- Riwayat
ber KB / tidak
6. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan
umum pasien
- Abdomen
- Saluran
cerna
- Alat
kemih
- Lochea
- Vagina
- Perinium dan rectum
- Ekstremitas
- Kemampuan
perawatan diri
7. Pemeriksaan
psikososial
- Respon dan persepsi keluarga
- Status
psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri akut
berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran jaringan atau distensi
efek-efek
hormonal
2.
Ketidakefektifan menyusui
berhubungan dengan tingkat pengetahuan, karakteristik payudara
3.
Gangguan eliminasi
BAK berhubungan dengan
distensi kandung kemih, perubahan-perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
4.
Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan sistemkekebalan tubuh.
5.
Resiko
tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih (perdarahan)
Intervensi
1. Nyeri akut
berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran jaringan atau distensi
efek – efk hormonal.
Tujuan
dan Kreteria Evaluasi:
Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang
dengan kriteria evaluasi: skala nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya berkurang
sampai hilang, tidak merasa nyeri saat mobilisasi, tanda vital dalam batas
normal. S = 36-370C. N
= 60-80 x/menit, TD = 120/80 mmhg, RR= 18 – 20 x /
menit
Intervensi dan Rasional:
a. Kaji ulang skala
nyeri
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi
yang tepat
b. Anjurkan ibu agar
menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri
Rasional : untuk mengalihkan perhatian ibu dan
rasa nyeri yang dirasakan
c. Motivasi untuk
mobilisasi sesuai indikasi
Rasional : memperlancar pengeluaran lochea,
mempercepat involusi danmengurangi nyeri secara bertahap.
d. Berikan kompres hangat
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perinium
e. Delegasi pemberian
analgetik
Rasional : melonggarkan system saraf perifer
sehingga rasa nyeri berkurang
2. Ketidakefektifan menyusui
berhubungan dengan tingkat pengetahuan,karakteristik payudara.
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan menyusui
dengan criteria evaluasi: ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi
mendapat ASI yang cukup.
Intervesi dan Rasional:
a. Kaji ulang tingkat
pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui sebelumnya.
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi
kebutuhan saat ini agar memberikan intervensi yang tepat.
b. Demonstransikan dan
tinjau ulang teknik menyusui
Rasional: posisi yang tepat biasanya mencegah
luka/pecah putting yang dapat merusak dan mengganggu.
c. Anjurkan ibu
mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap
dalam batas normal.
3. Gangguan
eliminasi BAK berhubungan
dengan distensi kandung kemih, perubahan-perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak
mengalami gangguan eliminasi (BAK) dengan KE: ibu dapat berkemih sendiri dalam
6-8 jam post partum tidak merasa sakit saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi dan Rasional:
a. Kaji dan catat cairan
masuk dan keluar tiap 24 jam.
Rasional: mengetahui balance cairan pasien sehingga
diintervensi dengan tepat.
b. Anjurkan berkamih 6-8
jam post partum.
Rasional: melatih otot-otot perkemihan.
c. Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam
duduk, alirkan air keran.
Rasional: agar kencing yang tidak dapat keluar,
bisa dikeluarkan sehingga tidak ada retensi.
d. Kolaborasi pemasangan kateter.
Rasional: mengurangi distensi kandung kemih.
Evaluasi
1. Klien
tidak lagi merasakan nyeri
2. Klien
dapat menyusui secaraefektif
3. Eliminasi urine klien kembali normal
4. Klien
tidak mengalami infeksi
5. Klien
tidak mengalami kekurangan
volumen cairan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini
karena merupakan masa kritis. Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50 % kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama.
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini
dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos
uterus.
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah
sekitarnya pada pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat
melakukannya sendiri. Pasien yang harus istirahat di tempat tidur (misalnya,
karena hipertensi, pemberian infus, sectio caesarea) harus dimandikan setiap
hari dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada
waktu sesudah selesai membuang hajat.
Perawatan
perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang
dibatasi vulva dan anus pada ibu
B. Saran
Melalui makalah yang singka ini penulis menyarankan kepada
segenap pembaca agar merujuk kepada sumber-sumber lain yang relevan untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan
Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan
Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media Jakarta
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan
Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada
Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas.
Yogyakarta: Fitramaya.
Comments
Post a Comment