askep lansia















BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lanjut usia) di Indonesia tercatat yang paling pesat di dunia. Jumlah lanjut usia kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37% dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lanjut usia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat.
Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census USA (1993), kenaikan jumlah lanjut usia Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai 414%, tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia.  Dalam sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup penduduk Indonesia rata-rata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun. Tetapi menurut kajian WHO (1999) harapan penduduk Indonesia rata-rata 59,7 tahun, menempati peringkat ke-103 dunia. Nomor satu adalah Jepang (74,5 tahun).
Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai berkembang.
Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas Gerontologic nursing (gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic nurse atau perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari satu macam penyakit disertai dengan berbagai masalah psikologik maupun sosial.
1.2       Tujuan
            1.2.1        Tujuan Umum
Dapat memahami tentang Dokumentasi Keperawatan pada Gerontik (Usia Lanjut), serta mampu memahami dan membuat Asuhan Keperawatan pada Lanjut usia.
           1.2.2        Tujuan Khusus
                             Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain, sebagai berikut.
a.Mengenal masalah kesehatan lanjut usia.
b.Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pada lanjut usia.
c.Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada lanjut usia.
d.Memelihara/memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, sosial) sehingga dapat meningkatkan kesehatan lanjut usia.
e.Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (fasilitas pelayanan kesehatan).

1.3         Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut:
-  Dapat mengenal masalah kesehatan yang muncul pada lanjut usia.
-  Dapat memberikan tindakan perawatan yang tepat terhadap lanjut usia.
-   Memiliki gambaran tentang proses perawatan terhadap lanjut usia.
-   Mengetahui dan memahami konsep dasar keperawatan gerontik.

BAB II LANDASAN TEORI Dokumentasi Keperawatan pada Gerontik - Part 2
2.1.8        Penyakit-penyakit pada Lanjut usia
  1. Sistem Pernapasan
1)   Emfisema
Merupakan suatu perubahan struktur paru-paru dalam bentuk pelebaran saluran napas di ujung akhir bronkus disertai dengan kerusakan dinding alveolus yang menimbulkan kesulitan pengeluaran udara pernapasan. Gejala emfisema diawali dengan sesak napas, batuk yang disertai dahak berwarna putih, badan terlihat lelah, nafsu makan berkurang, dan berat badan pasien menurun.
2)   Asma
Merupakan penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan. Ditandai dengan 3 hal, antara lain penyempitan saluran napas, pembengkakan, dan sekresi lendir yang berlebih di saluran napas. Secara umum gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak, dan suara napas yang berbunyi wheezing, yang biasanya timbul pada pagi hari menjelang waktu subuh.
3)   Pneumonia
Merupakan penyakit infeksi paru. Gejala pneumonia meliputi demam, batuk, napas pendek, berkeringat, menggigil, dada terasa berat dan nyeri saat bernapas (pleuritis), nyeri kepala, nyeri otot, lesu dan suhu tubuh rendah.
4)   Bronkitis
Merupakan peradangan membran mukosa yang melapisi bronkus dan bronkiolus, yaitu jalan napas dari trakea ke paru-paru. Bronkitis akut ditandai dengan batuk dengan atau tanpa sputum, terdiri atas mukus yang diproduksi di saluran napas. Sedangkan bronkitis kronis ditandai dengan batuk produktif yang berlangsung sampai 3 bulan atau lebih setiap tahunnya selama 2 tahun.
  1. Sistem Kardiovaskuler
  2. Hipertensi
Merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lambat atau mendadak. Hipertensi menetap (tekanan darah yang tinggi yang tidak menurun) merupakan faktor risiko terjadinya stroke, penyakit jantung koroner, gagal jantung dan gagal ginjal. Biasanya penyakit ini tidak memperlihatkan gejala, meskipun beberapa pasien mengatakan nyeri kepala, lesu, pusing, pandangan kabur, muka yang terasa panas atau telinga mendenging.
  1. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Serangan jantung biasanya terjadi jika bekuan darah menutup aliran darah di arteri coronaria, yaitu pembuluh darah yang menyalurkan makanan ke otot jantung. Gejala berupa rasa tertekan, rasa penuh atau nyeri yang menusuk di dada dan berlangsung selama beberapa menit. Nyeri tersebut juga dapat menjalar dari dada ke bahu, lengan, punggung dan bahkan dapat juga ke gigi dan rahang. Kadang-kadang gejala yang timbul berupa sesak napas, berkeringat (dingin), rasa cemas, pusing, mual sampai muntah, nyeri perut seperti terbakar, kulit dingin, pusing, rasa ringan di kepala, dan terkadang disertai rasa lesu yang luar biasa tanpa sebab yang jelas.
  1. Gagal Jantung
Merupakan ketidakmampuan jantung memompa darah sesuai kebutuhan fisiologis, disebabkan hipertensi yang memengaruhi pemompaan darah yang akhirnya menyebabkan gagal jantung atau terjadi akibat PJK. Hipertensi dan PJK juga mengganggu curah jantung.
  1. Sistem Persyarafan
  2. Penyakit Alzheimer
Merupakan bagian dari demensia (penurunan daya ingat dan kemunduran fungsi intelektual lainnya) yang mencakup fungsi berbahasa, mengingat, melihat, emosi, dan memahami.
  1. Stroke
Terjadi bila aliran darah ke otak mendadak terganggu atau jika pembuluh darah di otak pecah sehingga darah mengalir keluar ke jaringan otak di sekitarnya. Stroke dapat dibagi atas 2 kategori besar, yaitu stroke iskemik (akibat penyumbatan aliran darah) dan stroke hemoragik (akibat pecahnya pembuluh darah).
  1. Penyakit Parkinson
Merupakan suatu penyakit saraf dengan gejala utama berupa tremor, kekakuan otot, dan postur tubuh yang tidak stabil. Gejala utama berupa:
-       Tremor atau gemetar di tangan, lengan, rahang, atau kepala.
-       Kekakuan di otot atau ekstremitas.
-       Bradikinesia atau perlambatan gerakan.
-       Postur tubuh yang tidak stabil atau gangguan keseimbangan.
Pada gejala maksimal, pasien tidak dapat berjalan, berbicara, atau bahkan melakukan suatu pekerjaan yang sederhana. Penyakit ini bersifat menahun, tidak menular, dan tidak diturunkan.
  1. Sistem Pencernaan
  2. Inkontinensia Alvi
Keadaan ketika seseorang kehilangan kontrolnya dalam mengeluarkan tinja, yaitu pasien mengeluarkan tinja tidak pada waktunya dan tidak dapat menahannya.
  1. Diare
Keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan frekuensi BAB lebih dari 3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang cair, terkadang terdapat ampas dan lendir.
  1. Sistem Perkemihan
  2. Gagal Ginjal Akut
Terjadi penurunan mendadak fungsi ginjal dalam membuang cairan dan ampas darah ke luar tubuh. Tanda dan gejalanya berupa penurunan jumlah pengeluaran urine, retensi air yang dapat menimbulkan edema tungkai, mengantuk, sesak napas, lesu, bingung, kejang atau koma pada kasus berat, dan nyeri dada.
  1. Gagal Ginjal Kronis
Terjadi penurunan fungsi ginjal yang lambat dengan tanda/gejala yang minimal. Penyebabnya adalah diabetes dan hipertensi. Tanda dan gejala berupa hipertensi, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, anemia, mual serta muntah, lesu dan gelisah, kelelahan, nyeri kepala tanpa sebab yang jelas, penurunan daya ingat, kram otot, BAB berdarah, kulit kekuningan, dan rasa gatal.
  1. BPH (Benign Prostat Hiperplasia/Hipertropi)
Merupakan pembesaran jinak kelenjar prostat. Terjadi oleh karena 2 hal, yaitu penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih dan retensi air kemih dalam kandung kemih yang menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih. Gejala berupa frekuensi berkemih bertambah, berkemih pada malam hari, kesulitan dalam hal memulai dan menghentikan berkemih, air kemih masih tetap menetes setelah selesai berkemih, rasa nyeri pada waktu berkemih.
  1. Inkontinensia Urine
Terjadinya pengeluaran urine secara spontan pada sembarang waktu di luar kehendak. Keadaan ini umum dijumpai pada lanjut usia. Dari segi medis, inkontinensia mempermudah timbulnya dekubitus, infeksi saluran kemih, gagal ginjal, dan peningkatan angka kematian.
  1. Sistem Muskuloskeletal
  2. Osteoartritis
Pada penyakit ini, rasa kaku biasanya timbul pada pagi hari setelah tidur, dan sendi terasa nyeri jika digerakkan, tetapi dapat menghilang beberapa saat setelah digerak-gerakan. Osteoartritis terjadi akibat gesekan sendi yang merusak tulang rawan pada lapisan terluar sendi karena penggunaan sendi yang berulang-ulang. Penyakit ini biasanya mengenai daerah lutut dan punggung.
  1. Artritis rheumatoid (arthritis simetris)
Pada penyakit ini, kaku pada pagi hari tidak mereda setelah 1 atau 2 jam. Peradangan sendi lain dapat berupa nyeri dan keletihan yang semakin berat. Pembengkakan sendi pada tangan, kaki, siku, pergelangan kanan-kiri.
  1. Pirai (gout)
Jenis arthritis ini menimbulkan nyeri yang cukup hebat dengan terjadinya penumpukan asam urat di sendi-sendi. Pertama kali mengenai ibu jari kaki sampai berwarna kemerahan dan bengkak.
  1. Artritis pada lupus
Dapat terjadi pada lupus eritematosus, yaitu penyakit peradangan kronis jaringan ikat yang terjadi karena sistem imunitas tubuh menyerang jaringan atau organ pasien sendiri. Inflamasi mencakup pada sendi, kulit, ginjal, sel darah, jantung, dan paru.
  1. Peradangan sendi
Keparahan penyakit ini dinilai berdasarkan derajat ketidakmampuan pergerakan yang ditimbulkannya. Bagi seseorang dengan fisik yang aktif, gangguan arthritis ringan sudah dianggap sebagai suatu bencana.
  1. Osteoporosis
Keadaan ini merupakan kondisi tulang yang keropos, rapuh, atau mudah patah. Penyebabnya adalah perubahan kadar hormon, kekurangan kalsium dan vitamin D, dan/atau kurangnya aktivitas fisik. Osteoporosis merupakan penyebab utama fraktur orang dewasa terutama pada kaum perempuan.
  1. Sistem Penglihatan
-       Katarak
Merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekeruhan pada lensa mata sehingga persepsi cahaya yang memasuki mata menjadi terganggu dan mengaburkan penglihatan seseorang. Ditandai dengan kekeruhan lensa mata, pembengkakan lensa yang berakhir dengan pengerutan dan kehilangan sifat transparansinya.
  1. Sistem Pendengaran
-       Presbiakusis
Merupakan istilah kedokteran untuk gangguan pendengaran pada lanjut usia. Penyebabnya karena infeksi atau kerusakan di telinga dalam.
  1. Sistem Endokrin
-        Diabetes
Merupakan suatu keadaan kenaikan kadar gula darah yang menetap. Tanda dan gejala yaitu peningkatan frekuensi berkemih, rasa haus, bertambahnya nafsu makan, infeksi atau luka yang sukar sembuh, dan lesu.
  1. Sistem Reproduksi
-       Disfungsi Ereksi
Disfungsi ereksi berarti kegagalan dan ketidakmampuan mempertahankan ereksi pada 50% usaha penetrasi pada persetubuhan. Timbul akibat gangguan vaskular, neurogenik, endokrin, kelainan struktur penis, efek samping obat, dan stress psikologis.
2.1.9        Terapi pada Lanjut usia
-       Terapi Modalitas: untuk  mengisi waktu luang bagi lanjut usia.
-       Terapi Aktifitas Kelompok: untuk meningkatkan kebersaman dan  bertukar pengalaman.
-       Terapi Musik: untuk meningkatkan gairah hidup.
-       Terapi Berkebun: untuk melatih kesabaran.
-       Terapi dengan Binatang: untuk meningkatkan kasih sayang dan mengisi waktu luang.
-       Terapi Kognitif: agar daya ingat tidak menurun.
-       Life Review Terapi: meningkatkan gairah hidup dan harga diri.
-       Terapi Keagamaan: meningkatkan rasa nyaman menjelang kematian.
2.2       Keperawatan Gerontik
2.2.1  Definisi Keperawatan Gerontik
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang bersifat holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Gerontik berasal dari kata gerontologi dan geriatrik. Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas tentang proses penuaan/masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut. Geriatrik berkaitan dengan penyakit yang terjadi pada orang yang berusia lanjut.
Jadi, keperawatan gerontik adalah spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan perannya pada tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian dan ketrampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara komprehensif.
 2.2.2 Lingkup dan Tanggung Jawab Keperawatan Gerontik
Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan.
Lingkup askep gerontik meliputi:
  1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan.
  2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan.
  3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan.
Peran dan fungsi keperawatan gerontik sebagai berikut:
  1. Sebagai care giver/pemberi asuhan langsung
Berupa bantuan kepada klien lanjut usia yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya sebagai akibat proses penuaan, meliputi:
-     Pengkajian: upaya mengumpulkan data/informasi yang benar tentang status kesehatan lanjut usia.
-       Menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan analisis dari hasil pengkajian.
-  Merencanakan intervensi keperawatan untuk mengatasi kesenjangan langkah-langkah/cara penyelesaian masalah lanjut usia baik bersifat aktual, resiko maupun potensial.
-       Melaksanakan rencana yang telah disusun.
-     Mengevaluasi berdasarkan respon verbal dan non verbal klien lanjut usia terhadap intervensi yang dilakukan.
  1. Sebagai pendidik klien lanjut usia
Membantu meningkatkan pengetahuan klien lanjut usia untuk memahami tentang pemenuhan kebutuhannya.
  1. Sebagai motivator
Memotivasi klien lanjut usia yang kurang memiliki kemauan untuk memenuhi kebutuhan.
  1. Sebagai advokasi
Memberi advokasi terhadap klien lanjut usia dalam pemenuhan kebutuhannya.
  1. Sebagai Konselor
Memberikan konseling terhadap klien lanjut usia agar mampu beradaptasi secara optimal terhadap proses penuaan yang terjadi.
Tanggung jawab perawat gerontik, meliputi:
  1. Membantu klien lanjut usia memperoleh kesehatan secara optimal.
  2. Membantu klien lanjut usia untuk memelihara kesehatannya.
  3. Membantu klien lanjut usia menerima kondisinya.
  4. Membantu klien lanjut usia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusiawi sampai dengan meninggal.
2.2.3  Sifat Pelayanan Keperawatan Gerontik
Sifat pelayanan gerontik, antara lain:
  1. Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri)
Artinya: asuhan keperawatan dilakukan secara mandiri oleh profesi keperawatan membantu lanjut usia dalam pemenuhan kebutuhan dasar lanjut usia.
  1. Dependent atau kolaboratif
Artinya: saling menunjang dengan disiplin dalam mengatasi masalah kesehatan lanjut usia.
  1. Humanistik (secara manusiawi)
Artinya: didasarkan pada nilai-nilai kemanusian dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap lanjut usia.
  1. Holistik (secara keseluruhan).
          Lanjut usia merupakan bagian masyarakat dan keluarga, sehingga asuhan keperawatan gerontik harus memperhatikan aspek soSial budaya keluarga dan masyarakat.
2.3       Konsep Asuhan Keperawatan pada Gerontik
2.3.1  Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lanjut usia
Kegiatan asuhan keperawatan bagi lanjut usia menurut Depkes, dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah/lingkungan keluarga, panti jompo maupun puskesmas, yang diberikan oleh perawat.
2.3.2   Pendekatan Keperawatan Lanjut Usia
  1. Pendekatan fisik
Untuk klien lanjut usia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, makanan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya.
  1. Pendekatan psikis
Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik dan service.
Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan.
  1. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita. Jadi pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.
  1. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam kedaan sakit atau mendeteksi kematian.
2.3.3   Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia
Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan:
  1. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.
  2. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia (life support).
  3. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau gangguan baik kronis maupun akut.
  4. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu.
  5. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).

BAB II LANDASAN TEORI Dokumentasi Keperawatan pada Gerontik - Part 3

2.4       Asuhan Keperawatan pada Lanjut Usia
Asuhan keperawatan yang dilakukan meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
 2.4.1 Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan meliputi fisik, psikologis, sosial dan spiritual untuk mendapatkan data dan mengetahui kemampuan dan kekuatan usia lanjut.
  1. Fisik/Biologis
          Pengkajian fisik/biologis dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Riwayat kesehatan usia lanjut dikaji dengan menanyakan tentang:
-       Pandangan usia lanjut tentang kesehatannya.
-       Kegiatan yang mampu ia lakukan.
-       Kekuatan fisik usia lanjut: kekuatan otot, sendi, penglihatan, pendengaran.
-       Kebiasaan usia lanjut merawat diri sendiri.
-       Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil.
-       Kebiasaan olahraga.
-       Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
-       Kebiasaan usia lanjut dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat.
-       Masalah-masalah seksual yang dirasakan.
  1. Psikologis
          Pemeriksaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan usia lanjut untuk melihat fungsi kognitif termasuk daya ingat, proses fikir, perasaan, orientasi terhadap realitas dan kemampuan usia lanjut dalam penyelesaian masalahnya. Perubahan yang umum terjadi pada usia lanjut adalah daya ingat yang menurun, proses fikir yang menjadi lambat, dan adanya perasaan sedih karena merasa kurang diperhatikan.
Hal yang perlu dikaji:
-       Apakah usia lanjut mengenal masalah-masalah utamanya?
-       Apakah usia lanjut optimis memandang sesuatu?
-       Bagaimana sikap dan penerimaan terhadap proses penuaan?
-       Apakah usia lanjut merasa dirinya dibutuhkan atau tidak?
-       Bagaimana usia lanjut tersebut mengatasi masalah atau stress?
-       Apakah usia lanjut tersebut mudah untuk menyesuaikan diri?
-       Apakah usia lanjut tersebut sering mengalami kegagalan?
-       Apakah harapan usia lanjut tersebut di masa sekarang dan masa yang akan datang?
  1. Sosial-ekonomi
          Penilaian sosial dilihat dari bagaimana usia lanjut tersebut membina keakraban dengan teman sebaya ataupun dengan lingkungannya dan bagaimana keterlibatan usia lanjut dalam organisasi sosial. Status ekonomi juga mempengaruhi yaitu yang terkait dengan penghasilan yang mereka peroleh.
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain:
-Apa saja kesibukan usia lanjut dalam mengisi waktu luang?
-Apa saja sumber keuangan usia lanjut tersebut?
-Dengan siapa usia lanjut tersebut tinggal?
-Kegiatan organisasi sosial apa yang diikuti oleh usia lanjut tersebut?
-Bagaimana pandangan usia lanjut terhadap lingkungannya?
-Berapa sering usia lanjut tersebut berhubungan dengan orang lain di luar rumah?
-Siapa yang biasa mengunjungi usia lanjut?
-Seberapa besar ketergantungan usia lanjut?
-Apakah usia lanjut dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada?
  1. Spiritual
          Penilaian spiritual berkaitan dengan keyakinan agama yang dimiliki usia lanjut dan sejauh mana keyakinan tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Usia lanjut yang dapat menjalankan ibadahnya dengan baik, keyakinan tersebut benar-benar diresapi dalam kehidupan sehari-hari dan ia akan lebih mudah menyesuaikan diri terhadap proses penuaan.
Hal yang perlu dikaji antara lain:
-Apakah usia lanjut secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya?
-Apakah usia lanjut secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan?
-Bagaimana usia lanjut selalu berusaha menyelesaikan masalah?
-Apakah usia lanjut terlihat sabar dan tawakal?

BAB II LANDASAN TEORI Dokumentasi Keperawatan pada Gerontik - Part 4

2.4.2  Diagnosa Keperawatan
  1. Pengertian Diagnosa Keperawatan
          Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien (Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA).
  1. Komponen Diagnosa Keperawatan
          Rumusan diagnosa keperawatan mengandung tiga komponen utama, yaitu:
1)   Problem (P/masalah), merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan. Tujuan: menjelaskan status kesehatan klien atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin.
2)   Etiologi (E/penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan. Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi:
-       Patofisiologi penyakit: semua proses penyakit, akut atau kronis yang dapat menyebabkan / mendukung masalah.
-       Situasional: personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial, dll).
-       Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan/perawatan): keterbatasan institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan perawatan.
3)   Sign & symptom (S/tanda & gejala) adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan.
          Jadi rumus diagnosa keperawatan adalah : PE / PES.
  1. Syarat Penyusunan Diagnosa Keperawatan
  2. a) Perumusan harus jelas dan singkat dari respon klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi.
  3. b) Spesifik dan akurat (pasti).
  4. c) Dapat merupakan pernyataan dari penyebab.
  5. d) Memberikan arahan pada asuhan keperawatan.
  6. e) Dapat dilaksanakan oleh perawat.
  7. f) Mencerminan keadaan kesehatan klien.
  8. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam menentukan Diagnosa Keperawatan
  9. a) Berorientasi kepada klien, keluarga dan masyarakat.
  10. b) Bersifat aktual atau potensial.
  11. c) Dapat diatasi dengan intervensi keperawatan.
  12. d) Menyatakan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, serta faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut.
  13. Langkah-Langkah Menentukan Diagnosa Keperawatan
Klasifikasi dan Analisis Data
Pengelompokkan data adalah mengelompokkan data-data klien atau keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya. Pengelmpkkan data dapat disusun berdasarkan pola respon manusia (taksonomi NANDA) dan/atau pola fungsi kesehatan (Gordon, 1982).
-       Persepsi kesehatan: pola penatalaksanaan kesehatan
-       Nutrisi: pola metabolisme
-       Pola eliminasi
-       Aktivitas: pola latihan
-       Tidur: pola istirahat
-       Kognitif: pola perseptual
-       Persepsi diri: pola konsep diri
-       Peran: pola hubungan
-       Seksualitas: pola reproduktif
-       Koping: pola toleransi stress
-       Nilai: pola keyakinan
Mengindentifikasi masalah klien
  1. a) Menentukan kelebihan klien
Apabila klien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat kemudian menyimpulkan bahwa klien memiliki kelebihan dalam hal tertentu. Kelebihan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan atau membantu memecahkan masalah yang klien hadapi.
  1. b) Menentukan masalah klien
Jika klien tidak memenuhi standar kriteria, maka klien tersebut mengalami keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
  1. c) Menentukan masalah yang pernah dialami oleh klien
Pada tahap ini, penting untuk menentukan masalah potensial klien. Misalnya ditemukan adanya tanda-tanda infeksi pada luka klien, tetapi dari hasil test laboratorium, tidak menunjukkan adanya suatu kelainan. Sesuai dengan teori, maka akan timbul adanya infeksi. Perawat kemudian menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien tidak mampu melawan infeksi.
  1. d) Penentuan keputusan
-       Tidak ada masalah, tetapi perlu peningkatan status dan fungsi (kesejahteraan): tidak ada indikasi respon keperawatan, meningkatnya status kesehatan dan kebiasaan, serta adanya inisiatif promosi kesehatan untuk memastikan ada atau tidaknya masalah yang diduga.
-       Masalah kemungkinan (possible problem): pola mengumpulkan data yang lengkap untuk memastikan ada atau tidaknya masalah yang diduga.
-       Masalah aktual, resiko, atau sindrom: tidak mampu merawat karena klien menolak masalah dan pengobatan, mulai untuk mendesain perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk mencegah, menurunkan, atau menyelesaikan masalah.
-       Masalah kolaboratif: konsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional yang kompeten dan bekerja secara kolaboratif pada masalah tersebut. Masalah kolaboratif adalah komplikasi fisiologis yang diakibatkan dari patofisiologi, berhubungan dengan pengobatan dan situasi yang lain. Tugas perawat adalah memonitor, untuk mendeteksi status klien dan kolaboratif dengan tenaga medis guna pengobatan yang tepat.
Validasi diagnosa keperawatan
Adalah menghubungkan dengan klasifikasi gejala dan tanda-tanda yang kemudian merujuk kepada kelengkapan dan ketepatan data. Untuk kelengkapan dan ketepatan data, kerja sama dengan klien sangat penting untuk saling percaya, sehingga mendapatkan data yang tepat.
Pada tahap ini, perawat memvalidasi data yang ada secara akurat, yang dilakukan bersama klien atau keluarga dan atau masyarakat. Validasi tersebut dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang reflektif kepada klien atau keluarga tentang kejelasan interpretasi data. Begitu diagnosis keperawatan disusun, maka harus dilakukan validasi.
Menyusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritasnya
Setelah perawat mengelompokkan, mengidentifikasi, dan memvalidasi data-data yang signifikan, maka tugas perawat pada tahap ini adalah merumuskan suatu diagnosis keperawatan. Diagnosa keperawatan dapat bersifat aktual, resiko, sindrom, kemungkinan.  Menyusun diagnosis keperawatan hendaknya diurutkan menurut kebutuhan yang berlandaskan hirarki Maslow (kecuali untuk kasus kegawat daruratan, menggunakan prioritas berdasarkan “yang mengancam jiwa”) :
Diagnosa Keperawatan menurut Carpenito (2000) dapat dibedakan menjadi 5 kategori:
-      Aktual: menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan.
-      Resiko: menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi (Keliat, 1990).
-      Kemungkinan: menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan. Pada keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada tapi sudah ada faktor yang dapat menimbulkan masalah (Keliat, 1990).
-      Diagnosa Keperawatan “Wellness” adalah keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga, dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi. Ada 2 kunci yang harus ada:
1) sesuatu yang menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.
2) Adanya status dan fungsi yang efektif.
-      Diagnosa Keperawatan “Syndrome” adalah diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan  akan muncul / timbul karena suatu kejadian / situasi tertentu.
Berikut ini adalah diagnosa keperawatan yang sering muncul dalam penatalaksanaan untuk menanggulangi gangguan biologis pada lanjut usia:
1)        Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum, penyempitan jalan napas.
2)        Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan edema paru.
3)        Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus.
4)         Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral.
5)        Inkontinensia alvi/urine berhubungan dengan menurunnya fungsi fisiologis otot-otot sfingter karena penuaan.
6)        Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal.
7)        Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan karena diare.
8)        Nyeri akut/kronis berhubungan dengan fraktur dan spasme otot, inflamasi dan pembengkakan.
9)        Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus (obstruksi usus).
10)    Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, dan keterbatasan beban berat badan.
11)    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan mobilitas.
12)    Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi/tirah baring yang lama.
13)    Risiko cidera berhubungan dengan rapuhnya tulang, kekuatan tulang yang berkurang.
14)    Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal, penurunan minat dalam merawat diri, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak atau depresi.
15)    Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, fibrosistis.
16)    Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis, dan pengobatan akibat kurang mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
17)    Ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai perawatan pascaoperatif, pemberian obat.
18)    Risiko cidera berhubungan dengan kerusakan penglihatan, kesulitan keseimbangan.
19)    Nyeri berhubungan dengan trauma, inflamasi bedah.
20)    Peningkatan kadar gula darah berhubungan dengan kerusakan insulin.
21)    Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan perawatan luka yang tidak adekuat.
22)    Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai darah ke daerah perifer.
23)    Gangguan pola seksual berhubungan dengan nyeri, kelemahan, sulit mengatur posisi.
24)    Ketidakberdayaan berhubungan dengan perubahan fisik dan psikologis akibat penyakit.
25)    Gangguan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan makanan yang tidak adekuat.
26)    Gangguan persepsi sensorik: pendengaran/penglihatan berhubungan dengan hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.
27)     Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
28)     Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
29)    Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
30)    Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara tepat.
31)    Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan menghadapi kematian.
32)    Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
33)    Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan ibadah secara tepat.

Comments

Popular Posts