MAKALAH ADHD
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus (ABK)
merupakan anak yang menandakanadanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus
mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dan yang lainnya. Di
negara Indonesia, anak berkebutuhan khusus yang mempunyai gangguan
perkembangan dan telahdiberikan layanan antara lain adalah anak dengan
ADHD.ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,suatu
kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulitmemusatkan
perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak),Minimal
Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu
banyak bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada
kira-kira 3-5% anak usiasekolah menderita
ADHD (Tanner, 2007). Dengan
memperoleh pendidikan yang sesuai dengan jenis dan tingkatankelainan ABK
khususnya anak dengan ADHD, diharapkan ABK khususnyaADHD memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang berguna untuk dirinyasendiri serta dapat turut
berpatisipasi dalam pembangunan demi menciptakankesejahteraan bangsa dan
negaranya.Prinsip bimbingan dan konseling adalahGuiedance For All´dimanasemua individu memiliki hak yang sama
dalam mendapatkan layanan bimbingandan
konseling, siapa pun individu itu, dari mana pun individu itu berasal,
dan bagaimana pun kondisi konseling.
B. Tujuan
Tujuan
umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistemneurobehavior yang
berjudul ” ADHD”.
Tujuan
khusus penulisan makalah ini adalah untuk dapat
mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
penunjang serta penatalaksanaan pada gangguan ADHD agar dapat menambah pengetahuan penulis ataupun
pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Hiperaktif
adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan disfungsi
neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Begitu pula
anak hiperaktif adalah anak yang mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dengan
Hiperaktivitas (GPPH) atau juga disebut dengan Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD). Kondisi ini
juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut
minimal brain dysfunction syndrome.
Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan
pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu
pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan
sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak
hatinya atau impulsif.
Hiperaktif
adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau
diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak
sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan
asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka,
dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain.
Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan
namun tidak kunjung datang.
Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada
seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak
menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif
selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang
disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka
beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti
mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.
B. KLASIFIKASI
a.
Tipe Anak yang Tidak Bisa Memusatkan Perhatian
Dalam tipe
ini, anak sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau
impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada
pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti
sedang berada “di awang-awang”.Tidak bisa diajak
bicara atau menerima instruksi karena perhatiannya terus berpindah-pindah,
pelupa dan kacau.
b.
Tipe Anak yang Hiperaktif dan Impulsif
Anak-anak
dalam tipe ini menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi
bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.Anak dalam tipe ini memiliki ciri-ciri berikut:
terlalu energik, lari ke sana kemari, melompat seenaknya, memanjat-manjat,
banyak bicara, berisik.
Ia juga impulsif: melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja bertindak tanpa pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak sabaran. Tetapi yang mengherankan, sering pada saat belajar, ia menampakkan tidak perhatian, tetapi ternyata ia bisa mengikuti pelajaran.
Ia juga impulsif: melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja bertindak tanpa pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak sabaran. Tetapi yang mengherankan, sering pada saat belajar, ia menampakkan tidak perhatian, tetapi ternyata ia bisa mengikuti pelajaran.
c.
Tipe Gabungan.
Mereka
sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan
anak-anak termasuk tipe seperti ini.Anak dalam tipe
ini mempunyai ciri-ciri berikut: kurang mampu memperhatikan aktivitas dan
mengikuti permainan atau menjalankan tugas, perhatiannya mudah terpecah, mudah
berubah pendirian, selalu aktif secara berlebihan dan impulsif.
C.
ETIOLOGI
Pandangan-pandangan serta
pendapat–pendapat mengenai asal usul, gambaran–gambaran, bahkan mengenai
realitas daripada gangguan ini masih berbeda–beda serta dipertentangkan satu
sama lainnya. Beberapa orang berkeyakinan bahwa gangguan tersebut mungkin sekali
timbul sebagai akibat dari gangguan–gangguan di dalam neurokimia atau
neurofisiologi susunan syaraf pusat. Istilah gangguan kekurangan perhatian
merujuk kepada apa yang oleh banyak orang diyakini sebagai gangguan yang
utamanya. Sindroma tersebut diduga disebabkan oleh faktor genetik, pembuahan
ataupun racun, bahaya–bahaya yang diakibatkan terjadinya prematuritas atau
immaturitas, maupun rudapaksa, anoksia atau penyulit kelahiran lainnya.
Telah dilakukan pula pemeriksaan
tentang temperamen sebagai kemungkinan merupakan faktor yang mempermudah
timbulnya gangguan tersebut, sebagaimana halnya dengan praktek pendidikan serta
perawatan anak dan kesulitan emosional di dalam interaksi orang tua dan anak
yang bersangkutan. Sampai sekarang tidak ada satu atau beberapa faktor penyebab
pasti yang tidak dapat diperlihatkan. Namun untuk sementara banyak pendapat
yang mengungkapkan bahwa anak yang hiperaktif memiliki pencetus antara lain:
a.
Faktor Genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang
terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari
orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal
ini juga terlihat pada anak kembar. Anak laki-laki dengan eksra kromosom Y
yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan hiperaktif dibanding
kembar dua telur.
b.
Faktor Neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada
bayi yang lahir dengan masalah-masalahprenatal seperti lamanya proses
persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia
gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal.
Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah,
ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan
insiden hiperaktif.
Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor
etiologi dalam bidang neuorologi yang
sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu
neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang
berguna untuk memelihara proses konsentrasi.
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi
darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah
orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.
c.
Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan
pengawet memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di
samping itu, kadar timah dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang
merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat
melahirkan calon anak hiperaktif.
d.
Faktor Kultural dan Psikososial
·
Pemanjaan
Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan
anak terlalu manis, membujuk-bujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak
yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya sendiri agar terpenuhi
kebutuhannya.
·
Kurang
Disiplin dan Pengawasan
Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat
sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu
saja untuk berbuat sesuka hatinya dalam rumah, maka anak tersebut akan berbuat
sesuka hatinya ditempat lain termasuk di sekolah. Dan orang lain juga akan
sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di sekolah maupun di
masyarakat.
·
Kesenangan
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi
kesenangan umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis
dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
D.
MANIFESTASI KLINIS
Ukuran objektif tidak memperlihatkan
bahwa anak yang terkena gangguan ini memperlihatkan aktifitas fisik yang lebih
banyak, jika dibandingkan dengan anak–anak kontrol yang normal, tetapi
gerakan–gerakan yang mereka lakukan kelihatan lebih kurang bertujuan serta
mereka selalu gelisah dan resah. Mereka mempunyai rentang perhatian yang
pendek, mudah dialihkan serta bersifat impulsif dan mereka cenderung untuk
bertindak tanpa mempertimbangkan atau merenungkan akibat tindakan tersebut.
Mereka mempunyai toleransi yang rendah terhadap perasaan frustasi dan secara
emosional mereka adalah orang–orang yang labil serta mudah terangsang. Suasana
perasaan hati mereka cenderung untuk bersifat netral atau pertenangan, mereka
kerap kali berkelompok, tetapi secara sosial mereka bersikap kaku. Beberapa
orang di antara mereka bersikap bermusuhan dan negatif, tetapi ciri ini sering
terjadi secara sekunder terhadap permasalahan–permasalahan psikososial yang
mereka alami. Beberapa orang lainnya sangat bergantung secara berlebih–lebihan,
namun yang lain lagi bersikap begitu bebas dan merdeka, sehingga kelihatan
sembrono.
Kesulitan-kesulitan emosional dan
tingkah laku lazim ditemukan dan biasanya sekunder terhadap pengaruh sosial
yang negatif dari tingkah laku mereka. Anak-anak ini akan menerima celaan dan
hukuman dari orang tua serta guru dan pengasingan sosial oleh orang-orang yang
sebaya dengan mereka. Secara kronik mereka mengalami kegagalan di dalam
tugas-tugas akademik mereka dan banyak diantara mereka tidak cukup
terkoordinasi serta cukup mampu mengendalikan diri sendiri untuk dapat berhasil
di dalam bidang olah raga. Mereka mempunyai gambaran mengenai diri mereka
sendiri yang buruk serta mempunyai rasa harga diri yang rendah dan kerap kali
mengalami depresi. Terdapat angka kejadian tinggi mengenai ketidakmampuan
belajar membaca matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik
mereka dapat tertinggal 1 – 2 tahun dan lebih sedikit daripada yang sesunguhnya
diharapkan dari kecerdasan mereka yang diukur.
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan laboratorium
yang akan menegakkan diagnosis gangguan kekurangan perhatian. Anak yang
mengalami hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang
lambat yang bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai
dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif,
tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis
oleh komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang
ketidakmampuan belajar pada anak itu.
Selain itu, digunakan instrumen
Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif (SPPAHI) untuk deteksi ADHD pada anak
berusia 6-13 tahun, yang dapat dipakai oleh orang tua, guru, dokter. Jika
fasilitas tersedia, sebelum dan sesudah pemberian terapi, dapat dilakukan
pemeriksaan cognitive Event Related Potential (ERP), Matching Familiar Test,
dan Continuous Performance Test untuk menilai kemampuan memusatkan perhatian
dan tingkat kewaspadaan.
F. PENATALAKSANAAN
1.
Keperawatan
·
Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang mengalami
gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan
ruangan kelas penderita serta kepada kebutuhan-kebutuhan akademik dan
psikososial anak yang bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai
keadaan anak tersebut haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada
anak itu sendiri.
·
Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara teratur
menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan rutinnya itu, dan
sebaiknya selalu diberikan kata-kata pujian.
·
Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat haruslah
dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai setelah
bermain terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat dan
keras
·
Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan cara
menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang, permainan-permainan yang
keras dan jungkir balik.
·
Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa,
barang-barang yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.
·
Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu, dengan
memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda sehingga
mereka dapat mencapai kemajuan dalam tingkah laku mereka.
2.
Medis
·
Terapi farmakologi :
Farmakoterapi kerap
kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami gangguan hiperaktif. Farmakologi
yang sering digunakan adalah dekstroamfetamin, metilfenidat,
magnesium pemolin serta fenotiazin. obat tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh
sampingan yang lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah
dengan mengadakan modifikasi di dalam gangguan-gangguan fundamental pada
rentang perhatian, konsentrasi serta impulsivitas. Oleh karena respon yang akan
mereka berikan terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan sebelumnya, maka
biasanya diperlukan suatu masa percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu
2-3 minggu dengan pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah akan
terdapat pengaruh obat itu atau tidak.
·
Dosis:
Obat tersebut diberikan setelah makan
pagi dan makan siang, agar hanya memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu
makan dan tidur penderita.
-
Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia masing-masing anak
akan tetapi berat badan tidak berpengaruh terhadap dosis.pada awalnya mereka
diberikan 5 mg pada saat makan pagi serta pada waktu makan siang. Jika tidak
ada respon yang diberikan maka dosis di naikan dengan 2,5 mg dengan selang
waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak yang berusia 8-9 tahun dosis yang efektif adalah
15-20 mg/24 jam. Sementara itu anak yang berusia lebuh lanjut akan memerlukan
dosis sampai 40 mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung selama 2-4 hari.
Biasanya anak akan bersifat rewel dan menangis. Jika pemakaian obat ini sudah
berlangsung lama dan dosis yang diberikan lebih dari 20 mg/jam rata-rata mereka
akan mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi yang diharapkan.
-
Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan (showreleased) secara
sedikit demi sedikit. Dosis awalnya adalah 10 mg dengan masa kerja selama 8-18
jam sehingga penderita hanya membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada
waktu sarapan pagi. Dosisnya dalah kira sebesar setengah dosis metilfenidat,
berkisar antara 10-20 mg/jam
-
Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar 18,75 mg, untuk
selanjutnya dinaikan dengan setengah tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu
selama 3-4 minggu untuk menetapkan keefektifan obat tersebut. Efek samping dari
obat tersebut adalah berpengaruh terhadap fungsi hati, kegugupan serta kejutan
otot yang meningkat.
-
Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang bersangkutan, efek
samping : perasaan mengantuk, iritabilitas serta distonia.
-
CONCERTA
Indikasi
Adhd yang
bekerja selamaq 12 jam dengan dosis 1x1 di pagi hari
kandungan :
metilfenidat HCL 18mg,36mg.
Dosis max 1 hari
1x54mg.
-
PROHIPER 10
Kandungan :
metifenidat HCL 10mg.
Dosis anak2
(< 6 th):2x5mg
Dewasa 20-30
mg
Persediaan
tablet
-
RITALIN/RITALIN
SR/RITALIN LA
Kandungan :
metilfenidat HCL 10 mg,30 mg, 40 mg
Dosis : tab
dewasa sehari 2-3 tab
Anak-anak
<6 th,awal 2x1/2 tab dg peningkatan ½ - 1 tab per minggu
Max sehari 6
tab.
Secara umum efek
samping dari pemakaian obat-obatan tersebut diatas adalah anoreksia dan
penurunan berat badan, nyeri perut bagian atas serta sukar tidur, anak
akan mudah menangis serta peka terhadap celaan ataupun hukuman, detak jantung
yang meningkat serta penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian maka
pengurangan dosis atau penghentian pengguanaan obat-obatan perlu dihentikan.
G.
PRINSIP-PRINSIP PENERAPAN TERAPI BERMAIN
Berdasarkan luasnya batasan terapi
bermain maka penerapannya bagi penyandang ADHD memerlukan batasan-batasan yang
lebih spesifik, disesuaikan dengan karakteristik penyandang ADHD sendiri. Pada
anak penyandang ADHD, terapi bermain dapat dilakukan untuk membantu
mengendalikan aktivitas yang berlebihan (hiperaktivitas), melatih kemampuan
mempertahankan perhatian pada objek tertentu, mengembangkan ketrampilan
menunggu giliran, dan mengendalikan tingkat agresivitas. Tentu saja pemberian
terapi perilaku ini akan kurang efektif tanpa dibarengi dengan tritmen yang
berupa obat-obatan yang membantu untuk mengendalikan agresivitas, memberikan
ketenangan kepada anak, dan mengurangi kecemasan.
Pada prinsipnya terapi bermain digunakan untuk menjadi
media bagi anak untuk:
1. mengalihkan perhatiannya dari
aktivitas yang berlebihan namun tidak bermanfaat
2. melatih anak melakukan tugas satu
persatu
3. melatih anak menunggu giliran
4. mengalihkan sasaran agresivitas.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian
terapi bermain bagi anak ADHD adalah:
1.
Salah satu
yang perlu diperhatikan pada anak ADHD adalah sensitivitas mereka terhadap
perubahan sehingga kita harus membantu menciptakan sesuatu yang rutin untuk
mereka. Dalam hal ini konsistensi yang dapat diciptakan terapis misalnya dalam
hal waktu, aturan bermain, tempat, dan jumlah alat permainan. Pemilihan ini
harus didasarkan pada kondisi anak dan target perilaku yang dituju.
2.
Permainan
yang digunakan harus dipecah-pecah menjadi komponen-komponen kecil yang
diajarkan satu persatu dengan tahap dan cara yang sama. Mereka selalu sulit
mengorganisasikan waktu sehingga kita harus membantu untuk memecah-mecah tugas
menjadi komponen-komponen kecil yang sederhana. Misalnya: cara menggambar di
bagi dalam kegiatan mengambil kertas, mengambil pensil, mengambil crayon, dst.
3.
Terapi
diberikan dalam beberapa tahap, pertama dengan satu anak satu terapis dalam
tempat terapi khusus, kemudian perlahan-lahan anak akan dilibatkan dalam
permainan bersama anak lain (sebaiknya yang tidak ADHD), dan jika sudah
memungkinkan maka anak dilibatkan dalam kelompok yang lebih besar. Permainan
sosial ini harus dirancang terapis dan orang tua untuk membantu anak
mengembangkan ketrampilan bersosialisasi.
4.
Terapi bagi
anak penyandang ADHD tidak dapat dilakukan hanya dengan terapi tunggal.
Mengingat bahwa gangguannya berkaitan dengan sirkuit di dalam otak, maka terapi
bermain sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan terapi yang lain, yaitu terapi
farmakologi. Rencana program terapi yang dijalankan pun harus disusun dengan
terpadu dan terstruktur dengan baik, begitu juga proses evaluasinya.
5.
Jika secara
umum terapi bermain memberikan kebebasan kepada anak untuk berekspresi dan
eksplorasi, maka pada anak ADHD hal ini justru akan digunakan untuk
memperkenalkan aturan-aturan dan mengendalikan perilaku.
6.
Terapi
bermain bagi penyandang ADHD dapat ditujukan untuk meminimalkan/menghilangkan
perilaku agresif, perilaku menyakiti diri sendiri, dan menghilangkan perilaku
berlebihan yang tidak bermanfaat. Hal ini dapat dilakukan dengan melatihkan
gerakan-gerakan tertentu kepada anak, misalnya tepuk tangan, merentangkan
tangan, menyusun balok, bermain palu dan pasak, dan alat bermain yang lain.
Dengan mengenalkan gerakan yang lain dan berbagai alat bermain yang dapat
digunakan maka diharapkan dapat digunakan untuk mengalihkan agresivitas yang
muncul, juga jika anak sering berlarian tak bertujuan. Mengenalkan anak pada
permainan konstruktif seperti menyusun balok juga akan membantu anak mengenal
urutan dan membantu mengembangkan ketrampilan motorik
H. TERAPI BERMAIN
1.
Pelampung, anak ADHD memiliki banyak energi yang perlu disalurkan
lewat aktivitas fisik. Olahraga seperti berenang bisa jadi salah satu cara.
2.
Balok mencocokkan yang bisa diselesaikan dalam waktu
singkat sehingga membangkitkan kepercayaam diri anak ADHD yang bermasalah dalam
menyelesaikan tugas yang perlu waktu lama.
3.
Krayon besar, memberi kesempatan anak ADHD melakukan sesuatu tanpa
ada yang mengatakan benar-salah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak
hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD).
Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini
sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang
demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping
karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak
hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru atau
teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru
kepadanya.
Bimbingan
dan konseling menjadi sarana mengatasi anak hiperaktif baik bimbingan konseling
yang dilakukan di rumah maupun di sekolah. Selain itu perlu ada kerjasama
antara pihak sekolah dan orang tua dalam menangani anak yang hiperaktif.
Kerjasama yang baik antara semua pihak dalam menangani anak hiperaktif akan
sangat membantu dalam perbaikannya kedepan demi masa depan anak tersebut.
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali
kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik
lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, Singgih D. 1978. Psikologi Anak Bermasalah.
Jakarta: BPK Gunung Mulia
Huda, M. Sholikul. Mengenal Anak Hiperaktif
(Gangguan Hiperkinetik). [t.t]:
[t.p]
L. Betz, Cecily, A. Sowden, Linda.
2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Edisi 3. Alih Bahasa Jan Tambayong. Jakarta, EGC.
Nelson. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 1. Alih Bahasa Hunardja S. Jakarta,
Widya Medika.
Setiawani, Mary Go . 2000. Menerobos Dunia Anak. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.
Suryadi, Drs. 2007. Cara Efektif Mamahami Perilaku Anak Usia Dini. [t.t]: [t.p]
Suryadi, Drs. 2007. Cara Efektif Mamahami Perilaku Anak Usia Dini. [t.t]: [t.p]
Zafiera, Ferdinand. 2007. Anak Hiperaktif. Jogjakarta: Katahati.
Comments
Post a Comment